Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Motivasi. Tampilkan semua postingan

Senin, 16 Mei 2022

Tentang Cinta

Tak mudah menyampaikan karena bagai pusaka yang harus benar-benar dijaga.

Mungkin, dari sebagian kita tak sempat menyadari jika ada yang pernah mencintai dengan hati yang tulus, tak peka dengan sikap dan perhatian kecil yang dilakukannya.

Sampai seiring berjalannya waktu telah menjawab bahwa dia mencintaimu, tapi kamu tak pernah mengetahuinya.

Karena sikap egois dan rasa mudah kecewa dalam diri membuat menutup mata akan hal-hal sederhana itu.

Ya, cinta tak mudah dicerna oleh alam logika, hanya dapat dirasakan oleh alam bawah sadar dari sebuah hati.

Siapapun pasti pernah emosi dan berkata kasar kepada pasangan, bahkan tanpa adanya kesadaran diri untuk meminta maaf. Merasa benar, mungkin sehingga berat atau sekadar gengsi melakukan hal itu.

Mudah terlena dan hanyut dalam kenyamanannya, membuat diri terlupa sejenak akan beratnya hidup.

Ya, begitulah cinta dengan beragam sensasi di dalamnya. Konflik dan diskusi.

Sebelum terlambat, sampaikanlah jika memang mencintainya atau sekadar merasa nyaman sebelum terpendam lama karena Tuhan telah memanggilmu.

Bukan hanya cinta, segala macam rasa apapun sampaikanlah. Berhenti menyiksa diri sendiri dengan kebungkaman itu.

Karena ada mulut untuk mengucap, telinga yang siap mendengar, dan hati yang siap menerima serta otak akan mengingatkan kembali, memutar kembali history.

😊

Rabu, 21 Juli 2021

Pejuang Mengantar Kematian

Pagi yang cerah mengiringi langkah ini menuju Posko Dapur Umum Surabaya, yang terletak di daerah kebraon, Surabaya.

Menjumpai rumah Bu Solikhah yang menjadi tempat di mana bantuan dititpkan untuk disebar kepada warga-warga sekitar yang terdampak copid.

Beliau adalah seorang mudin yang menangani pemandian jenazah secara berturut-turut.dalam setiap harinya. Beliau bercerita, bahwa dalam satu hari dapat memandikan jenazah sebanyak empat kali, itu pun bisa lebih. Pernah suatu ketika saat sedang memandikan jenazah sudah ada jenanzah lain yang harus dimandikan saat itu juga, alhasil setelah selesai memandikan yang sebelumnya beliau langsung meluncur ke tempat selanjutnya dengan tanpa jeda untuk sekadar istirahat.

Jika di kampung banyak panggilan untuk pemandian jenazah, lalu apa kabar dengan mayat-mayat di rumah sakit? Yang entah itu memang terkena positif copid ataukah terpapar copid.

Pekerjaan yang terihat sepele dipandang oleh banyak orang belum tentu dapat dilakukan. Karena apa? Karena butuh yang namanya keberanian untuk melakukannya dengan konsisten.

Tak jarang anak beliau memnta dan mengingatkan untuk istirahat, tidak terlalu capek dalam menjalankan tugasnya. Namun, ya bagaimana lagi bila tidak ada yang mau menggantikan tugas beliau di saat sedang banyaknya jenazah yang mengantri.

Pendapatan tak seberapa, sekitar <400.000 yang diterima dalam setiap bulannya.

"Kemampuan secara finansial tidak dapat dibeli ketika ada musibah, karena manusa membutuhkan manusia lain (makhluk sosial)." - Bu Solikhah


🌱 Cuplikan kisah nyata dari seorang ibu yang mengemban tugas sebagai pemandi jenazah. Mungkin, sebagian dari kita berpikir itu hal biasa, hal sederhana yang dapat dilakukan oleh banyak orang, tapi tidak jika sudah berhadapan langsung dengan mayat di depan mata kita. Tanpa busana, telanjang dan terlihat beragam warna dengan ada yang pucat, berseri, bahkan membuat bulu kuduk merinding dan tak jarang yang terbayang akan hal itu. Jika dilihat dari segi pendapatan sangat kecil memang tapi jasanya masyaAllah. Allah yang membalasnya di kehidupan kelak.

Ya, apapun pekerjaan maupun aktivitas yang sedang kamu lakukan tetap jalani dan terima dengan rasa ikhlas walaupun aku tahu ... sebenarnya nano-nano rasanya. 

Tetap semangat jalani hari-harimu dengan megharap ridho Tuhan.

Ganbatte Kudasai!!!🌱



Selasa, 18 Mei 2021

Bekel (Berasa Keluarga)



Perjalanan ke gunung itulah caraku mencoba dekat dengan langit dan bermuhasabah diri bahwa betapa kerdilnya diri ini diantara langit dan bumi. 

Kenapa tidak naik pesawat, bukankah lebih dekat menembus awan? iya memang terasa lebih dekat jika melalui udara namun ada harga yang harus dibayar dan beratnya proses tak lebih terasa dari perjalanan mendaki. 

Sepanjang trek yang ada banyak ditemui bebatuan dan tanjakan, jalanan landai hanyalah beberapa langkah saja selebihnya menaik dan berbatu bahkan cenderung sempit. 

Saat itu aku mendaki dalam keadaan "kedatangan tamu hari kedua", memang tidak ada hal mistis parah yang terjadi melainkan yang ada fisik melemah karena trek menanjak kian menanjak yang ada. Kerasnya hentakan kaki yang mengenai bebatuan membuat perut terasa begitu sakit dan kepala yang sedikit pusing akibat hal tersebut. 

Tidak ada penyesalan yang terjadi yang ada hanyalah rasa sungguh tidak enak kepada tim karena membuat sering break dan alhasil mengulur waktu sampai di puncak. Disaat aku berkata: 

Aku izin dibarisan belakang sendiri boleh? 

"Kenapa? kamu perempuan jadi dibarisan tengah, Yang di depan-belakang harus laki-laki. Kalau capek bilang, kita berhenti istirahat terus lanjut lagi. Mendaki itu teman seperti keluarga yang harus saling menjaga dan membackup tim bukan meninggalkan bahkan membiarkan." kata mereka 

MasyaaAllah aku terharu mendengarnya😊 

Sesampai di atas mereka yang mendirikan tenda dan memasak sedangkan aku dan temanku Fithand membantu menyiapkan bahan dan mengabadikan momen yang adaπŸ˜„✌ 

Baru ini mendaki dengan keadaan yang bisa dibilang cukup lemah namun memaksa untuk naik dan bersyukur diberikan teman-teman baru yang membuat spechless akan kekeluargaan mereka. Iya aku merasa bukan hanya puncak tujuan utama melainkan proses kebersamaan untuk mencapai dan menikmati keindahan alam (kebesaran Allah) yang tercipta. 

MasyaaAllah, nikmat mana lagi yang kau dustakan? 


🌱 Perempuan dalam keadaan "kedatangan tamu" apalagi masih hari 1-3 memang beresiko untuk melakukan aktifitas berat seperti mendaki. Terlebih jika trek yang dilalui banyak tanjakan dan berbatu besar-kecil kerikil. Tidak ada larangan memang (beberapa gunung melarang mungkin) namun alangkah baiknya untuk berpikir ulang untuk ikut karena akan merugikan diri sendiri yang menahan sakit, juga tim yang mereka juga membawa carrier dengan beban berat. Jika memaksa tetap ingin ikut berkatalah jujur kepada tim dan persiapkan obat untuk meminimalisir rasa sakit yang ada serta menjaga imun tubuh agar tidak jatuh ngedrop. Ingat juga untuk membawa sampah turun ke bawah bukan meninggalkan di atas gunung (alam). Karena mendaki bukan untuk mengotori melainkan membantu melestarikan alam dan mentadabburinya. 🌱 

Dan aku sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian dan mengenal kalian, ada pelajaran dan kenangan yang didapat dari kalian. Semoga dapat mendaki bersama lagi dilain waktu dengan cerita baru tentunya.😁 

Salam semesta alam!  

Kamis, 18 Maret 2021

Cerita Kota Angin

Beberapa hari yang lalu longsor telah melanda desa ngetos kota Nganjuk, ada korban yang meinggal dan selamat kembali ke rumah saudara terdekatnya dan ada yang sudah diungsikan ke rumah-rumah yang layak dihuni bagi para pengungsi yang tela kehilangan rumahnya akibar longsor. 

Hari yang sudah ditentukan untuk berangkat ke sana telah tiba, bantuan (sederhana) siap didistribusikan, armada dan tim siap untuk berangkat. Bismillah... 

Perjalanan terasa amat panjang kenapa? karena ada masalah di dalamnya, dimana yang niatnya memilih jalan cepat yang ada kebingungan didapat. Iya, alhasil menyusuri jalan, berputar, keluar-masuk gerbang yang sama dan pada akhirnya menemukan jalan yang benar. 

Adzan dhuhur telah berkumandang pertanda untuk beristirahat sejenak, alhamdulillah ada rest area 

"buk harga tehnya berapa? 8.000 mbak tapi saya korting jadi 7.000 saja" 

(teman-teman pada berbisik) 

"yassalam hmm.. yasudah maklumin aja di pertengahan tol ini" jawabku 

Setelah melalui jalan yang panjang alhamdulillah sampai juga di tempat dimana akan dilakukan pembagian pendistribusian. 

Kami sempat menengok keadaan dimana longsor itu terjadi, terdapat banyak puing-puing bangunan yang runtuh dan tergusur oleh tanah, hampir keseluruhan tiada yang utuh bangunannya. Keadaan tanah yang masih gembur saat kupijaki dan adanya keretakan akibat pergeseran tanah yang terdapat. 

Allah, inikah tanah longsor itu? meluluh-lantahkan bangunan-bangunan disekitarnya, dari atas menurun ke bawah. Puing-puing bangunan tiada yang utuh, tanah yang terasa lunak ketika kaki berpijak, terperosok ke dalamnya seperti tanah hisap yang siap melahap di atasnya. Allah tak kubayangkan jika tinggal di sini dan menjadi salah satu dari korban di dalamnya namun alhamdulillah semua korban telah ditemukan meski harus ada yang ditinggalkan (menuju-Nya). Sungguh hamba lemah tak berdaya tanpa kuasa dari-Mu 

Senja mulai terlihat jelas, terangnya sinar matahari mulai meredup dan akhir perjalanan telah selesai  

Berpamitan dengan warga di sekitar dan pulang dengan perasaan yang cukup melegakan, amanah telah tersampaikan 

Ditengah perjalanan lagi-lagi dihadapkan pada suatu permasalahan, kartu yang susah untuk diakses sampai mencari bantuan untuk meminjam, oh beruntungnya ada perantara Allah yang membantu tanpa mau diganti. MasyaaAllah 

Terima kasih untuk semua yang terlibat dalam kegiatan ini dan maaf untuk sikap salah yang telah kuperbuat. 

🌱 Sempat berpikir buruk namun pada akhirnya Allah memberi jalan dan semua teratasi dengan tanpa emosi di dalamnya, iya karena tujuan kami sama berangkat-pergi bersama dalam keadaan tak kurang sedikitpun. Permasalahan disetiapniat baik pasti ada namun karena kebersamaan dan frekuensi yang satu tujuan semua menjadi ringan dan terselesaikan, meskipun meninggalkan benak di dalamnya naamun karena semua itu jadi terbitlah cerita ini.😁 🌱 

Tetap semangat berjuang untuk kebajikan selama nafas masih berhembus dan biarlah bumi menjadi saksi jejak akan perjuangan ini. 

Minggu, 28 Februari 2021

Senyuman Kota Beriman

Banjir telah melanda sebagian kota Jombang, beberapa diantaranya desa gondangmanis, brangkal, dan pucang simo yang masih terendam, Kami turun untuk implementasi ke wilayah tersebut dan subhanallah benar saja terlihat lautan sawah seperti danau yang tak terlihat sedikitpun kehijauan di dalamnya, iya.. hanya air dengan pantulan langit yang dapat dilihat dari atas sawah tersebut. 

Kata seorang warga yang terdampak banjir: 

"iya mbak, ini bekas airnya naik setinggi ini (hampir setengah ukuran rumah) jadi maaf kalau masih berantakan." 

Terlihat baju-baju yang masih berserakan di dalamnya, tercium bau yang kurang sedap disepanjang rumahnya dan ya sebagaimana kondisi banjir. 

Ketika bergeser ke desa sebelah Allahu Akbar aku kaget ketika melihat ada rumah yang dimana di kelilingi oleh air, iya jalanan tak terlihat karena terendam banjir. 

Sebuah jalan yang jebol karena derasnya arus air yang menggenang sehingga warga berinisiatif membuat jembatan dari bambu dan anyaman untuk akses jalan antar kedua desa. 

Allah aku takut ketika melewati jalan itu, seakan ada rasa tenggelam, jatuh, tidak aman rasanya melewati namun temanku sedikit menenangkanku sembari berkata "tenang mbak, insyaaAllah safety riding" 

Memasuki desa Brangkal airnya masih menggenang selutut orang dewasa dan tim harus turun dengan membawa bantuan sembako yang dititipkan dari para donatur. Iya tim jalan menyusuri dari rumah ke rumah untuk memberikan bantuan yang sederhana ini kepada mereka yang memang sangat membutuhkan. 

Dengan berjalan perlahan, hati-hati, pakaian yang basah, hingga terjatuh karena ada selokan kecil di bawah yang tak terlihat, sampai motor yang ambruk karena tanah yang berlempung. 

MasyaaAllah aku yang ikut serta turun di dalamnya merasa terenyuh akan keadaan di sini namun merasa bahagia ketika melihat anak-anak kecil yang dengan keceriaannya bermain berenang di air bahkan di sungai yang airnya hampir mendekati atas jembatan. 

Gagal panen pun dirasakan oleh para petani, bagaimana tidak semua sawah terendam dan tidak ada sisa yang dapat dipanen dan dijual. Namun disisi lain mereka memanfaatkan sawah yang kebanjiran dengan aktifitas memancing. Iya, memancing dan mendapat ikan, dan terlihat juga anak-anak ikut memancing di sawahπŸ˜€ MasyaaAllah.. 


🌱 Dari sini aku belajar dikala musibah mendera namun hati dan pikiran jangan sampai meresah. Menyerah dengan keadaan bahkan sampai mengeluh tiada hentinya untuk apa? Bukankah kesia-siaan yang hampa tanpa adanya tindakan?

Aku tak dapat membayangkan jika melanda kota pahlawanku, daerah rumahku mungkin aku akan sedih, menangis, meronta merasakan semua ini. 

Dari sini aku belajar semua akan kembali pada waktunya, semua yang ada di dunia hanya titipan bukanlah bersifat permanen yang sah menjadi hak milik manusia. 

Bukan hanya banjr melainkan musibah apapun adalah atas izin Allah dan sudah seharusnya kita kembali hanya kepada Allah. 

Semoga semua yang terdampak maupun keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberi ketabahan hati dan kekuatan tubuh untuk berdiri melanjutkan langkahnya. 🌱


Selasa, 02 Februari 2021

PTN (Pedagang Tanpa Ngemis)

Langit cerah berawan dengan desiran warna biru dan putih yang saling bercampur menjadi satu 

Hari yang cerah dengan benderangnya sinar mentari mengiringi perjalanan kami, untuk memberikan sedikit rejeki yang ada untuk mereka yang sebelumnya sudah ditentukan bersama 

MasyaaAllah beragam cerita yang dapat diulas dari mereka, kisah hidup yang harus berjuang untuk memenuhi ekonomi keluarga demi menyambung kehidupan. Ada seorang anak yang sampai putus sekolah karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan sehingga ia berjualan es lilin setiap pagi dan itupun tidak selalu habis terkadang pulang dengan keadaan terisak karena tak ada satupun es lilin yang terjual. 

Ada juga seorang bapak penjual es cao yang mendorong gerobak setiap hari menjajakan jualannya, "iya mbak kalau hujan jualannya hanya disini di depan Smkn 6, jadi bisa berteduh di halte ini. Rumah saya di belakang sekolah ini mbak, belakangnya rumah bu Rw." kata bapaknya ketika kami bertanya. Apa kamu tau jarak dari tempat dimana beliau mangkal hingga ke rumahnya berapa meter? Lumayan jauh kalo untuk jalan kaki mengingat kondisi bapaknya yang sudah lumayan sepuh. MasyaaAllah namun ketika melihat beliau tersenyum hati ini bergetar seakan ada kebersyukuran dalam diri dan malu akan diri sendiri yang masih mengeluh akan apa yang Engkau beri selama ini. 

Ada juga seorang bapak penjual es wawan yang setiap hari memanggul dua kotak es wawan depan dan belakang dari Krian naik bus menuju Surabaya, berjalan dan berkeliling menjajakan es wawannya. Berangkat pagi petang hingga kembali malam hari, namun apa selalu habis dagangannya itu? tentu tidak, mengingat sekarang masih musim dingin bahkan curah hujan pun tinggi jadi siapa yang mau beli es dicuaca yang dingin ini? Jika bukan atas izin Allah, ada banyak jalan untuk datangnya rejeki yang halal. 

Di atas masih sepenggal cerita kehidupan dari sekian banyak target yang telah ditentukan dari kegiatan PSBB (Pemuda Surabaya Bagi-Bagi) ini. Bisa kepoin IG: @mrisurabaya 

🌱 Oh Allah masih ada sekian banyak yang lebih membutuhkan uluran tangan-Mu, membutuhkan belas kasih dari-Mu. Jika mereka saja dapat berjuang dan tersenyum menghadapi kehidupan yang sulit ini, bahkan dimasa pandemi yang belum ada kejelasan kapan berakhirnya, seharusnya diri ini yang masih lebih muda dan kuat dibanding mereka harusnya jauh lebih bisa dan semangat untuk terus dan tetap berjuang, berproses, dan bertumbuh-kembang dalam kehidupan. Sesulit apapun, sejatuh apapun semua akan terasa mudah bila berpegang teguh hanya pada-Mu (Allah).🌱 

Kalo kamu apa yang didapat dari cerita di atas? hmm.. bisa komen di bawah atau jawab dalam hati aja yah😁 

Rabu, 16 Desember 2020

Perjuangan Pendidikan


Terletak di desa Baran, Buring, kota Malang 

Adzan subuh sudah berkumandang 
Waktunya untuk menunaikan kewajiban 

Nampak secerca cahaya dari luar jendela 
Rupanya sang mentari sudah bangun dari tidur malamnya 
Waktu sudah menunjukkan pukul 06.00 
Saatnya bersiap dan bergegas menuju sekolah 

"Samean mau kemana?" 
"Mau ke sekolah mbak, ada UAS hari ini" 
(terbesit dalam pikiran, "ke sekolah? Pakai baju biasa?, bukan selayaknya seragam guru. Jadi penasaran.") 
"Aku boleh ikut? Pengen tau sekolahnya seperti apa" 
"Boleh mbak, mari kalo ikut." 

Ditengah perjalanan aku kaget, jalan yang kami lalui berlekok-lekok dan naik-turun layaknya meraungi sebuah lembah yang begitu rumit. 

Sontak aku kaget dan sempat ingin kembali turun saja namun karena sudah hampir setengah perjalanan tanggung jadinya, lagian tidak hafal jalan pulangπŸ˜…, yasudah lanjut saja. 
Alhamdulillah sampai juga dilokasi, tidak ada sinyalπŸ™ˆ untungnya ada wifi disini setidaknya dapat membantu dalam berkomunikasi. 

"Ini sekolahnya? (dengan keheranan)" 
"Iya mbak, di sini ya sukarela gitu pengajarnya." 
"Lalu, ini ujiannya dimana?" 
"Ujiannya di rumah salah satu siswa, karena keadaannya seperti ini (pandemi). Mbak mau ikut?" 
"Hmm.. memang boleh?" 
"Boleh mbak, mari" 
Akupun berangkat mengikuti teman baruku ini, lokasi rumahnya turun di bawah sekolah dan terbagi menjadi 2 rumah (1 rumah untuk kelas 7, rumah kedua 8 dan 9) 

Ujianpun dimulai dan diikuti beberapa anak, sebagian tidak masuk. 
Ya seperti ujian sekolah pada umumnya hanya saja ini di rumah. Saat mereka saling berbicara bahasanya ada yang kurang kumengerti dan mereka banyak tertawaπŸ˜„ akupun ikut tersenyum melihatnya meskipun tak tau apa yang mereka bahas. 

"Dek enak ujian di rumah atau di sekolah?" 
"Enak di sekolah bu." 

Pertanyaan singkat yang terucap dari bibir ini kepada mereka yang menjalani ujian di rumah. Iya, UAS pada tingkat SMPI Ulul Albab yang dibagi menjadi dua rumah untuk menjalankan ujian. 

🌱 MasyaaAllah sebuah perjuangan dalam menjadi pengajar dan pendidik mereka. Menempuh perjalanan yang cukup panjang dari rumah menuju lokasi ini, bagiku ini hal ekstrim yang pernah kutempuh karena biasanya dibonceng tapi kali ini menyetir sendiri. Jalannya naik dan naik, turun dan menurun ketika pulang (dari sekolah). 

Melihat mereka (temanku) bersemangat dalam mengajar 
Melihat mereka (murid) bersemangat dalam belajar 
Membuatku malu ketika ingin berhenti belajar 
Serta bayangan perjuanganku dulu muncul kembali 
Tergugah akan energi semangat mereka 
MasyaaAllah, perjuangan dan pengabdian akan berbuah pada waktu yang dikehendaki-Nya. 🌱 

Terima kasih teruntuk Putri dan Suci. 

Senin, 21 September 2020

Karena Dia


Awalnya sempat gagal agenda ke Pundak yang sudah direncanakan dari sebelum tanggal 11 September 2020, bersamaan dengan kasus penipuan Atm yang menimbulkan banyak kejadian yang harus diselesaikan di dalamnya, bersamaan dengan menjelang ujian kejuruan. Mengurus ke kantor bank, belajar dari internet untuk ujian, terputus komunikasi dengan banyak orang terutama hubungan kelas pun sedikit berubah seakan ada jarak panjang di tengahnya namun yang mengganjal dipikiran yaitu rencana itu, "apa jadi berangkat ke puncak? sedangkan aku sudah terlanjur janji kepada mereka terutama kepadanya (Fitri)." Terus berulang di dalam benak, sebuah keputusan yang harus diambil dengan kepastian antara iya atau tidak. 
Berat untuk menolak namun kantong terasa menipis untuk berangkat, hmm.. bukankah itu sebuah dilema? antara bertanggung jawab atas janji yang telah dibuat atau menolak karena keadaan diri, oh bukankah jika menolak berarti egois? ah sudahlah.. 

Beberapa hari berlalu sampai tiba dihari Jum'at, ujian pun berlangsung.
Suasana kelas begitu hening, duduk menghadap layar dengan mouse yang kugenggam, lisan yang terbungkam sedangkan kepala (seakan) berkecamuk memikirkan banyak hal di dalamnya. Detik jam berlalu hampir mendekati pukul 11.00 dan layarku masih terlihat putih tanpa goresan garis sedikitpun. Iya, pikiran terpecah dan mengerjakan ujianpun tak sesuai alur (acak) lari sana lari sini mengupayakan agar selesai bersamaan dengan tepat waktu. 

Jarum jam sudah menunjukkan tepat pukul 12.00 waktunya istirahat. Masih dengan mode diam hanyut dalam lamunan pikiran, hanya berkata sepatah dua kata saja seperti orang judes dan jutekπŸ˜…. 
pukul 13.00 kelas sudah dimulai kembali dan berpikir keras untuk menyelesaikan, detik demi detik pun berlalu dan tepat pukul 15.00 ujian telah selesai dan semua siswa sebagian menunggu di luar. 
(menghela nafas) memantapkan keyakinan dan aku berkata "besok jadi berangkat, apapun yang terjadi tetap berangkat, siapkan barang-barang sesuai yang aku minta. Sampaikan kegrup." 

Mentari telah bersinar dengan cerah, aku bergegas siap-siap untuk pergi ke Kampus menyelesaikan tugas yang sempat tertunda. Tak terasa sudah hampir sore dan baru sampai di rumah, perlengkapan pendakian belum tertata, "tuing" notif WhatsApp grup bermunculan "aku sama Hafi berangkat ke titik kumpul. Kamu hati-hati di jalan" chat dari temanku Firi 
Pukul 17.00 tamu istimewa datang, hmm.. lagi-lagi terjadi kembimbangan. Haruskah dibatalkan sedangkan mereka sudah siap? sungguh Aku tidak setega itu melakukannya. Bismillah berangkat!" 

Aku bergeas mempersiapkan semua dengan matang dan terutama pikiran serta niat yang tertata untuk menemani dalam pendakian pertama mereka. 
Alhamdulillah pada akhirnya kami berempat sampai juga ke Puncak Gunung Pundak dengan logistik seadanya dan air secukupnya. Cukup senang ketika melihat kekagumannya pada alam dan terlukis indah senyuman mereka. MasyaaAllah. 

 πŸŒ± Tidak kusangka semua akan terjadi, berdiri di atas puncak bersamanya, iya bersamanya yang memang sudah lama ingin naik. MasyaaAllah Allah Maha Besar memang dengan segala kekuasaan-Nya. Sejenak aku teringat akan seorang temanku dari kecil yang dimana ia sangat ingin sekali mendaki namun kesempatan be;um datang padanya. Dalam hati aku berkata pada "izinkan kutitipkan salamnya pada namamu (yang sama dengannya), Terima kasih sudah mampu berdiri di atas siana denganku dan maaf jika selama perjalanan ada lisan dan sikapku yang membuatmu tersakiti. 

Sebuah rindu alam dalam namamu. 🌱

Kamis, 03 September 2020

Arti "Bersyukur"



Pandemi belum juga berakhir dan ekonomi masih menjadi polemik dalam kehidupan. Sudah hampir setengah tahun lebih lamanya negeri ini berada dalam status Pandemi Covid-19.
Kota Gresik contohnya, yang terlihat pemandangan sawah yang gersang, pohon yang kering berwarna kecoklatan, tanah yang terlihat (seperti) retakan, serta ditambah cuaca yang begitu panas hingga menyengat ke ubun-ubun kepala. Disisi lain ekonomi bagi rakyat kecil pun kian mencekik, khususnya yang terjadi pada Klinik Tunanetra, iya sebuah tempat pijat refleksi yang dimana di dalamnya dari tunanetra semua. Pendapatan mereka sangat turun karena berkurangnya yang pijat di sini sedangkan pengeluaran bertambah.

Beberapa percakapan yang dikeluhkan saat ditanya,

"pendapatan turun pak, untuk membeli paketan saja harus mikir, karena tidak ada paket internet maka tidak belajar. Penghasilan didapat dari memijat (di sini) pak."

"Lalu apa harapan bapak disaat kondisi seperti ini?"

"Ya berharap ada bantuan meskipun hanya beras, bantuan berupa uangpun tak kami dapatkan karena belum terdata, adapun yang didata mereka penduduk lama. Terima kasih, sangat bersyukur sekali untuk bantuan yang ada ini."

Terjadi serupa di kota lain, Lamongan contohnya, yang dimana di dalamnya bukan hanya tunanetra saja melainkan ada yang berkebutuhan khusus lain yang terdapat, tunadaksa dan autis salah satunya.
Jadi ada komunitas bernama @pertuni_lamongan, yang menaungi mereka dengan berkebutuhan khusus untuk diberdayakan dan saling memotivasi satu sama lain.

Ada satu kalimat yang menjadi motivasi terkuat untuk menjalankan kegiatan ini,
"Keterbatasan ini bukanlah faktor untuk berhenti dalam berkarya." 
- Try Febri Khoirun Nidhom

Iya motivasi dari seorang ketua yang menjadi inspirasi dalam komunitas ini, yang dimana ia juga penyandang disabilitas netra namun memang benar kemampuannya melebihiku (orang yang non-disabilitas).
Aku salut dengannya karena ia dapat berbahasa Inggris cukup fasih saat diajak berkomunikasi dengan orang Singapura.

🌱 Dalam kehidupan pasti tak lepas dari kata "mengeluh", jangankan mereka dari kita yang non-disabilitas mungkin sering mengeluh akan kekurangan fisik yang ada (saat ini). Iya, termasuk aku yang dulunya sering berkata "ya Allah kenapa aku beda dari mereka (orang yang tanpa keterbatasan fisik sedikitpun)? Kenapa mataku berbeda sebelah?" Celaan, hinaan dan bahkan ejekan yang kudapatkan. Menjadi bahan tertawaan teman-teman hingga membuatku malu dan seakan hidup tak adil bagiku. Namun hari ini Allah kembali membukakan pikiran dan mata hatiku seakan menampar mukaku bahwa Ini loh lihat! mereka yang jauh di bawahmu (dengan disabilitas) bisa tersenyum, tertawa bersama teman-temannya bahkan bangkit dari rasa kekurangan yang dimiliki. Masih pantas kamu mengeluh akan kekurangan yang ada dalam dirimu? Sungguh tak patut. πŸŒ± 

Semoga next dapat berkunjung kembali dengan mereka, terima kasih Allah telah menunjukkan semua hal ini. 

Jumat, 21 Agustus 2020

Malam Pemeriksaan


Sudah hampir beberapa kali aku mengikuti kegiatan ini, MSR (Mobile Socile Resque). Kegiatan yang memeriksa pasien, membantu dan mengobati pasien dengan tanpa bayaran. Iya tanpa bayaran sedikitpun yang kuterima, bersama dokter aku turut membantu mereka.

Malam itu, 
Dalam sebuah keheningan malam 
Dalam ruang yang (hanya) seorang diri 
Terdengar suara notif WhatsApp, terbaca sebuah chat, 

"mbak apa ada acara hari ini? Bisa ikut bantu kegiatan malam ini karena sedang kekurangan tenaga" 
"Bisa mas, insyaaAllah" 
"Ketemu di depan kantor pukul 20.00 berangkat bersama dari sana" 
"Siap." 

Singkat dan terlaksana. 
Sejujurnya aku tidak tau ini apa dan harus apa, akhirnya dijelaskan secara singkat dan padat. Pertama kali masuk dan berhadapan langsung dengan luka yang berbalut perban, dibukanya perlahan dan terlihat darah, nanah, tulang yang yang berlubang dan terlihat dalamnya serta bau yang membuat mual. "Oh Allah apa ini?!" 

Menyeruak dalam satu ruangan tanpa ada cela udara segar yang terasa,
Dinding kamar yang berwarna biru namun terlihat suram disetiap sudutnya,

Awalnya mulai membaik namun entah karena apa memburuk dan jika ditanya "kamu tahan dengan semua ini?" Aku akan jawab "logikanya mana ada yang tahan dengan keadaan dan situasi seperti ini? Namun inilah pilihanku untuk turut masuk ke dalam situasi seperti ini. Iya, ini masih secuil luka belum sebanyak luka yang dialami oleh para medis yang menjadi tameng untuk melindungi masyarakat.

🌱 Jika sebagian memilih tidur dan istirahat di rumah namun aku (di sini) memilih untuk bangun dan ikut andil bersama di dalamnya. Kenapa? Karena darisini aku belajar bagaimana merawat yang baik dan benar itu, untuk bekal ketika orang tua jatuh sakit atau bahkan diri ini yang sakit dan dapat merawat.

Sallut dengan mereka yang mau membantu merawat orang lain dengan ikhlas dan sepenuh jiwa sesuai pengabdian yang telah diucapkan. 🌱

Minggu, 16 Agustus 2020

Mereka Punya Impian


Hari Ahad,
Hari dimana waktunya bersantai di rumah namun tidak untuk sebagian orang. Berkunjung bersama MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) ke sebuah tempat yang terdengar asing bagiku padahal masih area Surabaya, ya Allah..
Namanya Kampung 1001 malam,
"Memang ada?"
"Ada, dimaps juga ada"
"Wah, baru tau aku.."
Sesampai di sana masyaaAllah harus naik perahu yang digerek pakai tali tambang yang letaknya di bawah jembatan tol. Di situ gelap dan lumayan panjang jalannya, terbesit "gimana kalo ombaknya besar? Atau banjir, gimana nasib penduduk di sana?" Tak dapat kubayangkan.
Menyusuri lorong yang tanpa ada lampu di dalamnya, terlihat ada orang-orang yang sedang bekerja di bawah jembatan tol, iya bekerja memperbaiki jalan agar nyaman untuk dilewati.
Cukup terpencil dan menyusuri jalanan kecil untuk dapat sampai ke tempat yang dituju yaitu aula.

Aula dimana anak-anak dapat belajar di dalamnya,
Begitu ramai dan mereka antusias untuk belajar bersama.
Akupun bertemu dengan beberapa anak namanya Faldi dan sahabatnya Labib.
Faldi yang bertubuh kurus, berkulit hitam manis dan bersifat mudah emosi. Sedangkan Labib yang bertubuh gemuk, berkulit putih dan bersifat suka senyum, tidak mudah emosi dan ia hafal beberapa surat, Al-Kafirun contohnya.
Kamu tau hal apa yang membuatku kaget?
Ketika kakak pemateri berkata "temen-temen tau apa istimewa dari kota Palestine?"
"Kiblatnya umat Islam kak" dengan lantang Faldi menjawabnya
Sontak aku kaget dan diam sejenak memperhatikannya, aku bertanya kepadanya,
"Apa impianmu?"
"Menjadi ulama' kak"
"Memangnya bisa mengaji? Hafal surat-surat pendek?" (Sedikit mengetesnya😁)
"Bisa kak"
"Coba baca surat Al-Ikhlas"
Dia malu-malu, setelah 5menit kemudian akhirnya iapun mulai membaca, dan baru ayat pertama Labib menyela di tengahnya,
"Al-Kafirun coba"
"Kakaknya minta Al-Ikhlas" jawab Faldi
"Yasudah coba Faldi Al-Ikhlas dan Labib Al-Kafirun. Hayo bisa apa ndak.." kataku
Akhirnya Labib bisa membaca Al-Kafirun sedangkan Faldi dia masih malu untuk membaca padahal sebenarnya dia pun juga bisa membacanya. Hmm.. jadi teringat akan masa kanak-kanakku dulu🀭
Aku bertanya lagi,
"Kenapa mau menjadi ulama' bukan dokter atau polisi atau yang lain?"
"Ulama' habib syekh, pernah baca umat Islam dibantai seperti Palestine, menegakkan Islam. Kak Palestine itu saudara kita ya?"
"Iya, mereka saudara kita yang harus dibantu. Siapapun itu dan dari agama manapun adalah saudara. Karena Islam mengajarkan akan perdamaian dan kerukunan dalam bertoleransi."
"Oh iya kak, ke Palestine"
"Aamiin, kakak doakan Faldi dan Labib bisa berangkat bersama ke sana. Dan ingat untuk selalu berbakti kepada orang tua terutama ibu. Habis lulus mau kemana?"
"SMP mondok kak"
"MasyaaAllah dijaga sholatnya, kalian (Faldy dan Labib) harus saling mengingatkan terutama untuk kamu Faldi dijaga emosinya. Belajar dan perdalam Islam. Siap?"
"Siap kak.."
Mereka pun tersenyum dan kami berfoto bersama.

🌱 Terlepas dari sekedar berbicara, bercanda atau tidak tetap itu yang terjawab dari mulutnya.
Iya, bukankah dari apa yang kita pikirkan berbuah menjadi sebuah tindakan yang nyata.
Maka, mari jaga pikiran untuk tetap positif dan husnudzon pada apapun dan siapapun yang terjadi dalam kehidupan ini.
Gapai mimpimu dan berada jalan lurusmu walau banyak kerikil yang terkadang dapat membuatmu jatuh. 🌱

Senin, 20 Juli 2020

Henry "Mata Spesial"

Terkisah dari seorang anak laki-laki, namanya Henry yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana.

Suatu hari aku melihatnya sedang asyik membaca seorang diri. Duduk di tempat duduk yang berlatar belakang taman dan berada di tengah kota. Begitu rindang nan sejuk dimata.

Seketika ada yang berjalan di depannya, seorang perempuan cantik dan tinggi. Henry pun menyapanya dengan ceria,
"Hay, namaku Henry kakak siapa dan mau  kemana?"

(Sebut saja: Candy namanya, ia berhenti dan berdiri sambil bersandar tiang seperti sedang menunggu seseorang) 
Dia hanya menoleh ke arah Henry sekilas dan tanpa menjawabnya 

Henry pun mendekati kakak itu lalu bertanya lagi, "kak, namaku Henry, nama kakak siapa?"

Dia pun hanya menoleh ke kanan dan kiri seperti tak sadar ada memanggilnya. Lalu ia berkata, 
"Kamu memanggilku?"

"Iya kak.."

"Tapi kamu melihatnya kearah lain dek"

Seketika itu Henry pun terdiam dan berpamitan pergi dengan rasa sedih dan tak suka dengan dirinya sendiri.

Ia pun duduk terdiam kembali seorang diri dipinggiran danau tenggelam dalam lamunan. Ia berkata,
"Kenapa? Kenapa seperti ini? Apa salahku? Kenapa berbeda? Dulu sering dibully, diejek bahkan seperti makhluk yang cacat dan terabaikan. Aku bisa menerima hal itu namun kini terjadi lagi ada yang berkata seperti itu dan membuat hal yang tidak enak terasa kembali. Ah semua terasa hampa tak ada satupun yang terasa."

Hanya emosi dan kegundahan rasa yang terlihat dari dirinya, seutas senyumpun tak terlukis dari wajahnya lucunya.
Mengumpat, teriakan, air mata yang cukup derasa semua tumpah darinya.

Tuhan pun memberinya sebuah hadiah kecil ke bumi berupa sebuah pelajaran kehidupan untuknya.

Ia berjalan dengan isak tangis yang masih terdengar darinya, sampai tak sadar ia melewati sebuah tempat dimana yang berisikan anak-anak luar biasa di dalamnya. Ada berbagai macam hal yang terlihat dan ia merasa bertambah sedih ketika melihatnya. Hanya diam dan mengamati.

Aku yang sedari tadi mengikutinya dari belakang menghampirinya, "Assalamualaikum adek"

"Waalaikumussalam, kakak siapa?"

"(Dengan tersenyum aku menjawabnya) namaku Eka, adek siapa dan kenapa bersedih?"

"Aku Henry kak.." (dia menunjuk ke arah tempat tersebut)

"Oh itu.. MasyaaAllah luar biasa mereka yang dapat menerima dan bersyukur atas apapun yang telah tercipta dalam diri ini."

"Kenapa begitu kak? Bukankah itu keburukan yang membuat diri menjadi malu dan dikucilkan?"

"(Menghela nafas dan tersenyum sembari menepuk bahu kanannya) Semua pasti mengalami hal itu bukan hanya mereka saj, orang normal pun merasakan hal yang sama. Bukankah Allah menciptakan kelebihan dan kekurangan dalam setiap makhluk? Dengan tjuan agar selalu memgingat Allah dan bersyukur atas hal kecil apapun itu. Mungkin beberapa orang tidak sadar akan kekurangan diri kita karena memang kepekaan setiap manusia berbeda tingkat kedalamannya dalam merespon. Tidak ada yang salah dan benar hanya saja ambil pelajaran dari hal yang tidak enak tersebut, untuk menjaga lisan dari perkataan yang dapat membuat teman kita menjadi tidak enak atau membuatnya sedih. Kekurangan fisik bukanlah suatu keburukan dalam diri melainkan keistimewaan untuk kehidupan. Adek coba lihat mereka, mereka tertawa bersama seperti tak ada beban atau apapun yang mereka terima. Bahkan ada yang lebih parah di bawah adek. Nah darisitu kita seharusnya lebih bersyukur menerima apapun yang ada dalam diri kita dan kehidupan kita. Kita sama."

(Saling memandang dan tersenyum).


🌱 Hmm.. Kadangkala dalam hidup mudah mengatakan apapun, bebas berekspesi dan melakukan apa yang diinginkan tanpa peduli atau berpkir akan perasaan orang lain. Seperti yang dialami oleh Henry. Iya.. Darinya aku menjadi lebih berhati-hati dalam berbicara, anak dalam prosesenuju remaja itu sudah merasakan hal seperti itu bagaimana jika beranjak dewasa? Hmm.. semoga mental baja sudah terbentuk dari dalam dirinya. Cuitan apapun tetap ada selama kehidupan masih berlangsung di bumi Allah ini. Akan berhenti jika bumi telah tiada.

Semoga bermanfaat. 🌱

Selasa, 26 Mei 2020

Lebaran Pandemi 1441H

Sebelumnya Taqobbalallahu minna wa minkum wa taqobbal yaa kareem
Minal 'aidzin wal waidzin, mohon maaf lahir dan batin 

Kali ini aku akan menceritakan terkait lebaran di tengah pandemi copid-19 sekarang ini. 

Seperti yang kita tau kalo harus physical distancing, #stayathome dan dilarang mudik. Iya, semua serba online, hm.. yang biasanya sudah prepare buat pulang ke desa, menyiapkan ini-itu, siapin angpao buat ponakan, nyiapin baju baru, buat dipakai dihari yang spesial, temu kangen dengan keluarga dan saudara. MasyaaAllah indah banget namun semua itu tidak terjadi ditahun ini, iya tahun pandemi yang dimana semua dibatasi namun masih ada cara untuk tetap berlebaran dengan video call online, menyatukan semua dalam 1 aplikasi dan koneksi. Yah.. meskipun kurang terasa nikmat kebersamaannya namun setidaknya cukup terobati rasa rindu ini bersama semuanya. 

"Ini nggak adil!"
"Aku kangen emak bapak*
"Aku ingin pulang ke desa tapi karena corona aku menjadi terpenjara di sini", dst 

Kurang lebih seperti itu kan suara jeritan hati? 
Iya, sama aku juga namun jika tetap memaksakan hal itu dengan melanggar protokol yang ada bukankah termasuk egois namanya? 
Disaat para tim medis sedang berupaya mengobati kita, menyelamatkan nyawa jutaan bahkan milyaran manusia kita justru malah tidak turut membantu mereka? 
Subhanallah, disisi lain mereka pun juga ingin pulang, berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara mereka. 
Jika menuntut keadilan lalu apakah kita sudah adil terhadap mereka yang terpenjara hanya di satu tempat saja? 

Mereka yang harus melayani masyarakat, menjalankan masa isolasi bahkan karantina yang terpisah dari keluarga. 

Disisi lain tidak mengeluarkan uang banyak untuk menyiapkan angpau, ada juga karena segan tidak memberi menjadi memberi. 
Menyiapkan makanan untuk dihidangkan ke para tamu yang bergantian datang, ada juga yang datang duduk sebentar dapat angpau lalu berpamitan pindah ke rumah sebelahnya tanpa memakan hidangan yang ada. 
Apa suka jika ada tamu seperti itu? 

Ada juga yang tahan berjam-jam lamanya hanya untuk membeli baju baru, soal harga urutan sekian yang penting tampil cantik dan beda. Terus dipost di socmed. Ya Allah. 
Terkadang aku juga suka post foto cuman kalo harga mikir 3x duluπŸ˜… 

Oiya ingat akan kiriman kata-kata ini: 

1. Ketika tangan tak mampu menjabat, kaki tak dapat melangkah, hanya hati yang mampu berbisik, mohon maaf atas segala kesalahan. Taqabalallahu minna wa minkum, selamat Hari Raya Idul Fitri 1440 H. 

Sumber: https://m.detik.com/news/berita/d-4576273/25-ucapan-idul-fitri-yang-cocok-untuk-update-whatsapp-dan-instagram 

2. Meski tangan tidak bisa berjabat
Meski ucapan tidak bisa terdengar
Karena jarak dan waktu memisahkan
Dengan tulisan ini aku bisa ucapkan
Selamat hari raya idul fitri
Minal aidhin walfaizin mohon maaf lahir dan batin
 

Itu kata-kata yang sering kudapat dari banyak chatting di WhatsApp tahun lalu bahkan tahun sebelumnya. 

Sejenak aku termenung: 
Apakah ini seleksi alam? 
Allah mengabulkan kalimat-kalimat itu dan terjadi ditahun ini. 
Iya padahal internet sudah ada sejak lama dan video call pun juga sudah tersedia namun masyaaAllah semua terlihat nampak dan benar-benar dibutuhkan baru ditahun ini. 

Copid-19 benar-benar mengendalikan alam bumi (manusia). 
MasyaaAllah Maha Besar Allah. 

🌱 Pasti ada hal baik dan buruk yang terjadi dibalik setiap peristiwa/kejadian apapun di alam ini. Ada hikmah dan pelajaran yang dapat benar-benar diambil terutama ditahun 2020 ini. Iya salah satunya meninggalkan budaya berjabat tangan bagi yang bukan mahramnya, berkunjung yang tanpa memakan hidangan yang sudah disediakan (hanya bersalaman lalu pergi), upload foto selfie dengan kemewahan dan kemeriahan yang ada (terutama wanita). MasyaaAllah, sepertinya langit dan bumi sudah tak tahan dengan ulah penghuni bumi (manusia) sehingga menampakkan semua ini. Terutama sampah yang tiada berangsur membaik. 
Kepedulian, kepekaan, kedekatan, dan sebagainya menjadi hal penting yang dirasa saat ini. 

Aku yakin pandemi akan segera berakhir dan sementara ini yukk perbaiki diri dengan menerapkan norma-norma Islam yang sebagaimana mestinya terutama kebersihan. 🌱 

Aku yakin kita pasti bisa, kita kompak melawan copid-19, bersatu demi pulihnya bumi ini kembali dan setelahnya lebih menjaga hal baik agar tidak menimbulkan hal buruk dan memperbaiki yang awalnya buruk menjadi baik tahap demi tahap. 

SEMANGAT!!!πŸ”₯ 




Minggu, 01 Maret 2020

Ingat Ibadah


Teringat kejadian ini waktu mendaki ke Kawah Ijen dan bertemu dengan dua orang ini serta beberapa teman-temannya.

Berjalan menuju puncak bersama dan berbaris beriringan. Sebut saja Ahlan (nama aslinya lupaπŸ˜‚)
Seketika ia berseru kepada temannya "ayok sholat subuh dulu"
"Dimana? Disini berpasir" jawab temannya (sebut saja Sahlan)
"(Sedang berpikir) di sana aja (sambil menunjuk benatuan) alasnya pakai jaket atau kaos"
"Oke, ini ada botol aqua untuk wudhu"

Disaat mereka beribadah aku menepi ke pinggiran kawah (bibir kawah) sambil menunggu sunrise terbit.
Terasa spechless ketika melihat mereka yang masih menyempatkan waktunya untuk menjalankan kewajiban kepada Sang Pencipta.
MasyaAllah disaat yang lain sedang berburu (sesuatu) dan mempersiapkan peralatan-peralatan untuk menangkap matahari mereka seakan menghiraukan itu semua. Mereka tidak panik menyambut matahari.

🌱 MasyaaAllah tiada kalimat mengucap syukur telah diperlihatkan ini semua dan bertemu mereka. Mengagumi segala ciptaanMu yang ada di dalam bumi ini untuk kehidupan makhluk serta mengingatMu dimana dan kapanpun berada. Sungguh malu akan diri ini yang terkadang menduakan kewajiban untuk mengejar (sesuatu) yang fana.🌱

Terima kasih telah dipertemukan mereka dan mohon izin untuk memakai foto kalian.



Senin, 24 Februari 2020

Langit: Flashback!

Ada sebuah kegaduhan yang terjadi antara gemuruh dan petir yang saling bersautan menunjukkan kerasnya suara mereka. 

Langitpun datang dan bercengkrama denganku dalam malam yang terasa begitu panjang, menemaniku hingga terlelap pulas dalam lindunganNya. 

"Apa yang terjadi denganmu? Suara bisikmu terdengar bagai gemuruh di langit (malam ini)" 

"Semua seakan berada pada poros yang sama, berputar mengitariku dengan sejajar tanpa ada yang berbeda." 

"Kenapa begitu? Kenapa kamu tetap disitu?" 

"Seakan berat untuk diangkat, semua berputar menjadi satu kesatuan bak benang kusut yang tak terurai!" 

"Aku mengerti. Sekarang begini aku akan mengembalikan ingatan akan  masa perjuanganmu (dulu); ingatkah kamu dulu tidak dapat naik sepeda ontel dan pada akhirnya bisa? Malah kamu sudah bisa mengendarai sepeda motor." 

"Aku ingat, kenapa?" 

"Bukankah itu hasil darimu berusaha melakukannya hingga bisa? Kamu melakukannya sampai lututmu terluka, berdarah, tertabrak, terjatuh, bahkan hampir masuk selokan. Bukankah itu sebuah perjuangan? Untuk mencapai AKU BISA! Kenapa kamu mau melakukannya? Untuk apa dan siapa? Bukankah untuk kebaikanmu sendiri? Membuktikan pada mereka yang menyebutmu "kamu seperti siput, pelan, anak yang pendek, kurus, jelek, lemah, tak guna!,dst." Ingat semua hal itu?? Lalu kamu sekarang mau mundur? Atau berhenti? Hey..!! Untuk apa kamu hidup di bumi ini? Untuk apa kamu melangkah hingga sejauh ini? Untuk apa aku ada bersamamu? Menemanimu? Masih banyak yang harus kau bantu! Tugasmu masih menumpuk di bumi sebelum kau dapat pulang (kesana). Pikirkanlah Cita-citamu, mereka yang peduli denganmu, mendoakanmu "samean pasti sukses mbak. Kamu pasti bisa Ay." Dan Aku menyayangimu, merindumu selalu (disana) Teruskanlah! Lanjutkan! Sampai kamu tidak dapat melakukannya lagi!" 

"(terdiam)" 

"Pikirkanlah, dengarkan hati kecilmu berkata. Ingat dengan kalimat ini: "meskipun berat kamu mampu" ingat??" 

"Iya aku ingat" 

"Tanamkan dan letakkan sedalam-dalam dirimu, lekatkan dalam sanubarimu. Senantiasa kamu akan terpacu untuk terus melangkah. Anggap hidupmu tak lama lagi dan lekas tuntaskan tugas dan ujianmu. Allah ada bersamamu"

"Baik, aku paham sekarang" 

"Tidurlah, perjuanganmu masih panjang"

🌱🌱
Hargai mereka yang telah mengajarimu menjadi lebih baik (dari dulu yang lemah sampai kamu yang sekarang tangguh). Jangan kecewakan mereka yang telah menaruh harapan padamu.

"Kamu wanita tangguh, Allah tau itu" Az 

Minggu, 23 Februari 2020

Sidoarjo: Penjual Es Wawan


Ada kegiatan organisasi di CFD (car free day) Bungkul, seketika bapak ini datang dengan memikul jualannya. Beliau menawarkan "mbak beli es? Es wawan" "berapa pak harganya?" "5.000 dapat 2 mbak" "oiya pak beli 2.." dst.
Dan alhamdulillah banyak yang beli dan dagangan bapak itu sudah tinggal beberapa.

Terlihat senyuman terlukis dari wajah bapak itu.

MasyaaAllah terima kasih atas nikmat syukur yang telah Engkau berikan kepadanya.

Terketuk karena penasaran, akhirnya aku bertanya kepada beliau,
"bapak darimana?"
"Bapak dari Prambon mbak"
"jadi dari Prambon kesini pak? Surabaya"
"iya mbak, setiap hari. Kalo hari Minggu selalu jualan ke CFD di sini"
"masyaaAllah, Prambon mana bapaknya?" "Watutulis mbak, Bendo"
"ya Allah lumayan jauh pak jaraknya. Bapak naik apa kesini?"
"Sepeda onthel ini mbak, berangkat dari jam 4 subuh dan jualan di tempat lain."
"MasyaaAllah bapak.. (termenung) semoga sehat selalu"

🌱 MasyaaAllah perjuangan hidup begitu keras. Teringat dulu aku yang sering mengeluh ketika naik sepeda onthel, malu, gengsi, lelah, bahkan marah ketika terlalu lelah mengayuh dengan jarak yang tidak sejauh bapak itu dan dengan segi umur yang lebih muda dari bapak itu.
MasyaaAllah cukup tertampar akan kebersyukuran nikmat Allah kepadaku. Lebih bersyukur atas apa yang telah diberi olehNya dan melihat ke bawah bahwa ada titik yang jauh di bawah kita. Begitupun dengan ujian (apapun itu) semua pasti punya dan Allah memberi ujian serta jawaban atas permasalahan yang ada. 🌱

Rabu, 29 Januari 2020

Gresik: Pasti Ada Jalan


Awalnya aku pesimis dapat mencapai atas bukit ini atau tidak, karena melihat lokasinya dan treknya di maps cukup tinggi jaraknya, naik ke atas dan temanku pun berkata "jalannya naik, emang kamu bisa? Naik motor aja pelan.." ya begitulah katanya
Namun sewaktu melihat foto-foto pemandangannya masyaaAllah indah banget, sejuk, ditambah dukungan komentar-komentar dari para guide maps yang membuat semangatku memacu ingin kesana.

"Bismillah! Oke kesana, aku tidak sendiri melainkan bersama Allah yang siap melindungiku"

Singkat cerita, alhamdulillah aku bisa sampai di atas (bukit) dan masyaaAllah takjub, indah banget pemandangannya. Ada selat Madura disisi kiri (foto), kalau malam bisa terlihat jembatan Suramadu dengan cahaya lampu yang menghiasinya. MasyaaAllah Allahu akbar indah sekali.

Disini aku bertemu dengan bapak Simbar namanya, beliau bercerita dan aku mendengsrkannya dengan seksama.
Ada satu kalimat yang masih melekat dalam pikiran, yaitu "pegang teguh prinsip, harus kuat, istiqomah memang susah apalagi banyaknya aktifitas. Lakukan apa yang biasa dilakukan."

"Iya pak, namun terkadang manusia khawatir soal rejeki"

"Ndak usah takut, Allah sudah menjamin. Saya disini kadang ada yang memberi 10.000 stau berapapun alhamdulillah saya terima dengan penuh syukur."

"Bapak sudah berapa lama disini? Rumahnya didekat sini?"

"Saya asli Mojokerto, disini sudah lama, mengabdi menjaga tempat ini. Disini tempat yang damai untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah."

"MasyaaAllah.."

"Saya doakan agar mbak mendapat jodoh yang setia, yang dapat diajak bekerja sama dalam berumah tangga dan bertahan sampai kapan pun (di akhirat)"

"Aamiin yaa Robbal 'alamiin. Terima kasih bapak sudah didoakan dan ditemani selama disini, saya pamit mau pulang."

"Hati-hati, jangan ngebut di jalanan, pelan yang penting selamat."

Kami pun berpisah..

Sejarah singkat bisa klik link: https://petikanlangkah.blogspot.com/2020/01/situs-kedaton-sunan-giri-gresik.html

🌱 Di atas adalah beberapa perbincangan singkat antara aku dengan bapak tersebut, ada beberapa kalimat yang tidak kuceritakan disini hanya menceritakan garis intinya saja.
Apa yang kamu ingin gapai, kamu tuju lakukanlah dengan penuh keyakinan dan optimis. Meskipun ada saja yang membuat semangatmu down tapi percayalah ada Allah tempatmu menaruh do'a dan harap.
Jalan hidup akan terasa hampa bahkan hambar ketika tidak ada mereka yang bercuit mengiringi langkah kakimu. 🌱

Rabu, 20 November 2019

Berkaca Dari Kereta Api




Kereta api
Kita semua pasti tau dan pernah naik kereta api, iya kan? 😁
Dulu awal naik kereta api waktu aku masih kecil, naik bersama ayah pulang ke desa dan hanya berdua. Kereta api yang sekarang sangat berbeda dengan yang dulu, dulu penuh sesak dan ada pedagang asongan masuk mondar-mandir menjajakan jualannya, ada juga yang bahkan naik ke atas gerbong, masuk pintu yang kecil harus cepat-cepat dan saling dorong bahkan karena tidak ada tangga harus minta bantuan orang di atas untuk membantu mengangkat agar dapat masuk dengan segera karena kereta akan berangkat. Anak-anak kecil saling digendong, bahkan ditarik untuk dapat masuk ke dalam.
Suara-suara anak kecil pun menangis, saling bersahutan karena sungguh panas suasana waktu itu.
harus berdiri lama karena tidak dapat tempat duduk, rawan sekali pencurian dan aku sangat takut waktu itu.

"Aku ingin pulang, tidak betah disini, ini tempat apa?? aku kapok naik benda ini!" aku berontak dalam diam

Namun sekarang sudah cukup layak jika dibanding zaman dulu, sudah tertib, tersedia tangga untuk naik ke pintu kereta, tidak ada saling dorong-mendorong bahkan berebut kursi, ada yang naik di atas gerbong pun juga tidak ada.
Alhamdulillah, aku menyukaimu dan tidak memberontak dalam diam lagi, heheh..

🌱 Seperti itulah lika-liku kereta api yang dulu dengan sekarang, sangat berbeda. Begitu pula dengan kehidupan ini, diri kita, pribadi dan karakteristik kita haruslah jauh berbeda dibanding yang dulu. Harus lebih baik  bertumbuh-berkembang dari setiap masa lalu ke masa yang selanjutnya..
Masa lalu adalah guru yang dijadikan sebagai pelajaran untuk menjadi lebih baik dan tidak masuk ke dalam lubang yang sama, sedangkan masa sekarang adalah penentu masa depan yang masih dengan misteriNya.
Perbaiki mindset (pola pikir) dan tentunya selalu mencharge iman agar semua berimbang antara dunia dan akhirat.
Percayalah pada Allah dan upgrade ilmu dalam diri untuk bersiap menyambut masa depan yang penuh gemilang dan kejutan πŸ’–πŸŒ±

Minggu, 08 September 2019

Penjual Batagor&Siomay Eyang Bandung

Waktu perjalanan di sepanjang jalan Prambon terlihat pada kiri jalan ada gerobak bertulisan "Batagor dan Siomay Eyang Bandung" dan aku pun menghampirinya.

Begini dialognya:
Mas beli batagor campur siomay dua
"siap"
1 bungkusnya berapaan?
"sepuluh ribu"
Oyasudah pas kalo gitu, sambelnya 1 plastik saja
"siap"
Gini ini kalo habis langsung pulang mas atau gimana?
"iya mb langsung pulang ke Krian dan tidur"
Bukannya ini Krian ya? Heheh.. Saya kira sampai malam
"iya mb tapi saya didekatnya perumahan Residence. Pulang sekitar pukul 4-5 sore, kalau misal nih tinggal beberapa ya tinggal pulang karena takutnya pembeli banyak tapi ndak cukup kan kasihan"
Oh.. Begitu. Ini masnya jualan pribadi?
"tidak mb, bercabang. Ini usaha keluarga bersama jadi ada bapak, kakak, dan saya (adik). Kalau untuk bumbunya satu wajan buat bersama tapi untuk siomay dan lain-lain modal sendiri. Jualan juga sendiri bukan satu keluarga dikasihkan ke bapak saja tapi juga semua belajar mandiri"
Hmm.. Gitu. Semangat mas jualannya semoga laris
"iya mb terima kasih, ini pesanannya"

Kami pun berpisah dengan saling berbagi senyum.

🌱 Begitulah hidup harus mau berproses untuk dapat tetap hidup dan keluarga tempat untuk saling bahu-membahu dalam perekonomian tanpa menggantungkan kepada satu orang saja.  🌱

Selamat berjuang!

Selasa, 16 Juli 2019

Anak Kucing Cacat



Pagi hari aku berangkat menuju kantor, sesampai di kantor terlihat ada dua ekor anak kucing yang memanggil-manggil "meong..meong..meong"

Induknya kemana? Sepertinya mereka kelaparan. Pikirku.

Saat aku menghampirinya ternyata salah satunya kakinya pincang, jadi ibarat manusia satu tangan utuh namun kucing itu hanya tumbuh setengah tangan saja.

Subhanalloh, kasihan sekali.

Rasa iba muncul dalam hati, cukup miris melihat nasib kucing tersebut yang lahir berbeda dari saudaranya itu.
Namun, ketika melihat kedua kucing tersebut  berjalan bersama kesana-kemari, muncul sebuah rasa kebersyukuran "ya Allah aku bersyukur terlahir normal dengan tangan dan kaki utuh tanpa kurang satupun"
Dan melihat kedua kucing tersebut mengeong dan berjalan bahkan sesekali melompat. MasyaaAllah lucunya kucing-kucing itu.

🌱  Kamu tahu gimana rasanya melihat kucing yang cacat dan ditinggal induknya pergi? Seperti ibarat seorang anak dengan kelainan fisik dan dipandang sebelah mata. Pasti pernah merasakan bukan? Sama. I feel too.
Seperti itulah dalam kehidupan ini, ada normal-upnormal, baik-buruk, kelebihan-kekurangan. Semua itu sudah mutlak menjadi kombinasi dalam kehidupan ini.
Jangan malu dengan kekurangan fisik yang ada namun malulah ketika kamu mencemooh mereka dan mereka lebih bisa darimu! 🌱