Senin, 21 September 2020

Karena Dia


Awalnya sempat gagal agenda ke Pundak yang sudah direncanakan dari sebelum tanggal 11 September 2020, bersamaan dengan kasus penipuan Atm yang menimbulkan banyak kejadian yang harus diselesaikan di dalamnya, bersamaan dengan menjelang ujian kejuruan. Mengurus ke kantor bank, belajar dari internet untuk ujian, terputus komunikasi dengan banyak orang terutama hubungan kelas pun sedikit berubah seakan ada jarak panjang di tengahnya namun yang mengganjal dipikiran yaitu rencana itu, "apa jadi berangkat ke puncak? sedangkan aku sudah terlanjur janji kepada mereka terutama kepadanya (Fitri)." Terus berulang di dalam benak, sebuah keputusan yang harus diambil dengan kepastian antara iya atau tidak. 
Berat untuk menolak namun kantong terasa menipis untuk berangkat, hmm.. bukankah itu sebuah dilema? antara bertanggung jawab atas janji yang telah dibuat atau menolak karena keadaan diri, oh bukankah jika menolak berarti egois? ah sudahlah.. 

Beberapa hari berlalu sampai tiba dihari Jum'at, ujian pun berlangsung.
Suasana kelas begitu hening, duduk menghadap layar dengan mouse yang kugenggam, lisan yang terbungkam sedangkan kepala (seakan) berkecamuk memikirkan banyak hal di dalamnya. Detik jam berlalu hampir mendekati pukul 11.00 dan layarku masih terlihat putih tanpa goresan garis sedikitpun. Iya, pikiran terpecah dan mengerjakan ujianpun tak sesuai alur (acak) lari sana lari sini mengupayakan agar selesai bersamaan dengan tepat waktu. 

Jarum jam sudah menunjukkan tepat pukul 12.00 waktunya istirahat. Masih dengan mode diam hanyut dalam lamunan pikiran, hanya berkata sepatah dua kata saja seperti orang judes dan jutek😅. 
pukul 13.00 kelas sudah dimulai kembali dan berpikir keras untuk menyelesaikan, detik demi detik pun berlalu dan tepat pukul 15.00 ujian telah selesai dan semua siswa sebagian menunggu di luar. 
(menghela nafas) memantapkan keyakinan dan aku berkata "besok jadi berangkat, apapun yang terjadi tetap berangkat, siapkan barang-barang sesuai yang aku minta. Sampaikan kegrup." 

Mentari telah bersinar dengan cerah, aku bergegas siap-siap untuk pergi ke Kampus menyelesaikan tugas yang sempat tertunda. Tak terasa sudah hampir sore dan baru sampai di rumah, perlengkapan pendakian belum tertata, "tuing" notif WhatsApp grup bermunculan "aku sama Hafi berangkat ke titik kumpul. Kamu hati-hati di jalan" chat dari temanku Firi 
Pukul 17.00 tamu istimewa datang, hmm.. lagi-lagi terjadi kembimbangan. Haruskah dibatalkan sedangkan mereka sudah siap? sungguh Aku tidak setega itu melakukannya. Bismillah berangkat!" 

Aku bergeas mempersiapkan semua dengan matang dan terutama pikiran serta niat yang tertata untuk menemani dalam pendakian pertama mereka. 
Alhamdulillah pada akhirnya kami berempat sampai juga ke Puncak Gunung Pundak dengan logistik seadanya dan air secukupnya. Cukup senang ketika melihat kekagumannya pada alam dan terlukis indah senyuman mereka. MasyaaAllah. 

 ðŸŒ± Tidak kusangka semua akan terjadi, berdiri di atas puncak bersamanya, iya bersamanya yang memang sudah lama ingin naik. MasyaaAllah Allah Maha Besar memang dengan segala kekuasaan-Nya. Sejenak aku teringat akan seorang temanku dari kecil yang dimana ia sangat ingin sekali mendaki namun kesempatan be;um datang padanya. Dalam hati aku berkata pada "izinkan kutitipkan salamnya pada namamu (yang sama dengannya), Terima kasih sudah mampu berdiri di atas siana denganku dan maaf jika selama perjalanan ada lisan dan sikapku yang membuatmu tersakiti. 

Sebuah rindu alam dalam namamu. 🌱

1 komentar:

  1. Makasih untuk keputusan dan waktunya. Smoga ada agenda selanjutnya hihi

    BalasHapus

Terima kasih untuk komentar yang baik dan bijak, semoga menginspirasi :)