Tampilkan postingan dengan label Tulisan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Tulisan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 18 Oktober 2022

Parenting: Apa Itu Dewasa ?

Sebenarnya, apa yang membuat seseorang dapat disebut sebagai dewasa? Apakah dari segi pemikiran yang luas, pengendalian emosi, ataukah memanajemen sebuah perasaan terhadap hal apapun yang sedang atau sudah terjadi dalam kehidupan? Ataukah, dapat mengambil keputusan sendiri? 

Jika berbicara tentang rasa, bukankah dari sejak anak-anak tanpa sadar manusia sudah memaksakan mereka untuk dapat mengerti keadaan orang tua bahkan sekitarnya?  

Yang seharusnya mereka dimengerti malah seakan dituntut untuk mengerti keadaan atau hal yang mereka belum paham "Itu apa?" 

Contoh kecil:

Ketika anak melakukan kesalahan dia dimarahi, dibentak, dicubit, dijewer sampai menangis dan menjerit. Terkadang ada juga yang ketika anak jatuh tersandung bola yang disalahkan bola atau orang yang ada di sekitarnya. 

Bukankah itu termasuk main lempar sembunyi tangan? Dimana akan terbawa sampai dewasa atau bahkan mungkin berumahtangga. Sebuah kebiasaan buruk yang entah masih kerap kali dilakukan oleh manusia. 

Lambat laun, pemikiran akan berubah, entah itu bertambah baik atau buruk, luas atau stagnan karena sesuatu hal. Bersyukur jika si anak dapat menemukan mana yang baik dan benar, mana yang buruk dan salah. 

Namun, bukankah hal itu terdengar percuma dalam lingkup keluarga? Terutama orang tua yang dengan pemikiran zaman dulu, belum dapat menerima perubahan zaman. 

Ya, ketika anak tahu hal itu salah untuk dilakukan dan menyampaikan pengetahuan si anak, justru dia akan mendapat kemarahan karena sudah sok seakan paling benar. 

Mungkin, bukan hanya terjadi pada lingkup keluarga saja, bisa jadi dengan lingkungan sekitar atau dengan para manusia-manusia lain. 

Ego dan gengsi, bisa jadi salah satu faktor yang mempengaruhi. 

Jadi, sebenarnya apa yang disebut dewasa? 

Apakah sudah matang untuk menikah? Ataukah sudah bisa bebas pergi dan pulang malam tanpa harus mendapat izin dari orang tua? 

 Or what? 

Ada tambahan? Tulis di kolom komentar yah✨ 

Jumat, 21 Desember 2018

Reframing: Ambil Positif Buang Negatif

Terjadi sebuah perbincangan antara Hijra (admin) dengan customer:

"mbak rumahnya dimana?"
Di Surabaya, rungkut pak.

"lho iya ta mbak? Saya biasa menjemput ponakan disitu tapi sekarang sudah tidak karena sudah ada yang menjemputnya"
Gitu ya pak.

"mbak jaga sendirian?"
Ndak pak, disini ada dua shift pagi dan sore, saya sampai pukul 16.30 karena malamnya kuliah pak dan sebentar lagi waktunya pergantian.

"loh kuliah tingkat (semester) berapa mbak?"
Semester 7 pak

"wah sudah mau selesai ya mbak, sudah berapa lama mbak kerja disini?"
Dulu 1 tahun pak lalu ada jeda sedikit saya keluar lalu dapat 3 bulan masuk kembali disini.

"kerja di pabrik mbak?"
Ndak pak, pernah kerja di pabrik hanya 1-2 hari sudah keluar, paling lama di pabrik sendok 5 hari sudah ndak dilanjut kembali. Karena ndak betah kerja di situ.

"jangan mbak, kerja itu jangan pasrah, lulus SMK masuk pabrik, lulusan tinggi masuk pabrik. Hidup jangan pasrah harus punya tujuan, besok di sekolah ini, kerja ini, jadi ini. Anak-anak saya, saya gitukan mbak saya beri pengarahan dan motivasi. Ada anak saya sudah kelas 3 SMP saya tanya "nak mau jadi apa? Jadi seperti ayah kerja di pabrik. Jangan nak jangan. Kamu harus punya cita-cita, tau jadi apa selanjutnya. Masa depan kamu lebih panjang dari ayah, kamu masuk SMK ini/itu ayah dukung, ayah beri modal yang penting jangan jadi ayah. Meskipun ayah orang yang ndak punya ayah akan berusaha agar kamu mencapai cita-cita kamu dan memberi modal padamu." 
Akhirnya anak saya dengan sendirinya bilang gini mbak "yah aku mau masuk kepolisian, iya ayah dukung". 
Alhamdulillah, motivasi terbesar ada pada keluarga pak.

"iya mbak jadi jangan mudah pasrah, kalau mau bisa cari yang lain.  Kakak-kakaknya juga memotivasi anak saya itu, kakaknya sudah masuk kepolisian dan satunya masih tes Angkatan Udara, tinggal anak saya ini harus lanjut. Ada ponakan saya juga beri pengarahan dan motivasi agar punya kerja yang ada masa depannya."
Begitu ya pak, ini resinya. Terima kasih.

"makasih mbak"
Sama-sama.

Terima kasih juga untuk sesi sharingnya, sallut dengan bapak, bersyukur yang punya bapak dapat memotivasi anak-anaknya. 😊

Begitulah sedikit cuplikan yang terjadi diantara admin dnegan customernya. Ambil pelajaran dari kisah perbincangan tersebut.
Selamat membaca.

Rabu, 24 Oktober 2018

Reframing : Mengubah Masalah Menjadi Sebuah Kesadaran Diri

Apa itu Reframing?
Reframing yaitu merubah suatu sudut pandang keburukan menjadi suatu kebaikan. . .

Begini, saya akan contohkan dengan sebuah kisah:
Jadi, kemarin saya transfer uang sampai 2x yang seharusnya hanya 1x saja. Karena saya lupa tidak ada notif di mobile banking akhirnya saya transfer lagi dengan nominal dan kode yang sama.
Alhasil uang yang kedua kalinya ndak masuk di aplikasi.
Saya sudah mengirim email ke CS bahkan ke pihak bank untuk uang saya direfund namun tidak bisa karena uang sudah terkirim pada pihak aplikasi dan harusnya konfirmasi dari pihak aplikasi.
Sampai sekarang pun tak kunjung ada balasan.

Apa yang dirasakan?
Kesal, marah dan bahkan menyalahkan diri sendiri, kenapa seceroboh ini? Apes sekali nasibku, lagi butuh juga.

Benar begitu?
Ya, saya pun demikian, menggerutu dan mengeluh kepada Allah swt.

Semalaman saya berdiam diri di kamar, menatap dinding atas kamar dengan secerca cahaya malam. lalu turun ke bawahnya saya melihat ada poster Ka'bah yang saya tempel di dinding.

Terceletuk sebuah bisikan "tak ingatkah kamu akan hutangmu di masa lalu? Dan sudah berapa lama kamu tidak menyisihkan uangmu untuk beramal? 

Yah itu membuat saya tersadar bahwa kecerobohan saya ini untuk mengingatkan akan dosa di masa lalu dan ada hak orang lain di dalam harta saya. Allah mengingatkan kita untuk senantiasa beramal.
toh itu untuk kita sendiri bukan untuk siapapun ataupun untuk Allah karena Allah tidak membutuhkan semua itu melainkan kitalah yang membutuhkan Allah.

Dan masih ada banyak kejadian seperti itu yang terjadi di dalam kehidupan.

Ikhlaskan saja pasti ada hal baik yang akan datang setelahnya dan nantikan saja waktu tibanya.

Stay positive dear..^^

Terimakasih.

Kamis, 18 Oktober 2018

Bolpoin Biru Yang Menghilang

Ada seorang anak sedang memainkan bolpoin dan kertas, sedangkan aku bermain handphone.
Seketika aku cek, bolpoin biru tidak ada, menghilang.
"bulpennya tadi dimana dek?" tanyaku
"tadi disini, tak taruh disini"
"ndak ada dek, hayo cari.."
"dimana mbak, tadi disini"

Sempat greget dan gemes ditanya malah balik tanya. 

Lalu Aku duduk diam dan berpikir, kenapa bertanya pada anak kecil? bukankah anak taunya hanya main saja? 

Aku yang salah kenapa tidak kucari saja..

Setelah lama diam dan berargumen akhirnya Aku berdiri dari tempat duduk, mengamati di sekitarku, di  lantai and i see.. Terlihat dipinggiran pintu Penghapus yang kucari tadi pagi ketemu, sedangkan bolpoin yang menjadi hal utama belum. Aku melanjutkan berjalan melangkah ke depan arah pintu dan aku berhenti sejenak. ada sesuatu disini.. Otak menggerakkan kepala dan mata menengok ke samping kanan dan aku melihat ada tempat sampah mini hmm.. Apa mungkin ada di dalam sampah ini?  Sepertinya.. 

Terlihat kertas lipatan berdiri tegak dan kuambil karena penasaran, kubuka dan that's right! Ketemu.
Bolpoin itu membuat kertas menjadi berdiri tegak sehingga wujudnya nampak jelas.

And kasus bolpoin biru done! ✔️

🌱 Setiap kejadian apapun itu pasti ada titik keluarnya, sama halnya ketika ada permasalahan dalam kehidupan. Ketika emosi meradang maka logika akan menumpul dan saling melempar kesalahan itu tidak akan menyelesaikan masalah. Cobalah untuk duduk dan diam, berpikir bersama menemukan solusinya. Berdoalah maka Tuhan akan senantiasa membantu. 🌱