Kamis, 03 September 2020

Arti "Bersyukur"



Pandemi belum juga berakhir dan ekonomi masih menjadi polemik dalam kehidupan. Sudah hampir setengah tahun lebih lamanya negeri ini berada dalam status Pandemi Covid-19.
Kota Gresik contohnya, yang terlihat pemandangan sawah yang gersang, pohon yang kering berwarna kecoklatan, tanah yang terlihat (seperti) retakan, serta ditambah cuaca yang begitu panas hingga menyengat ke ubun-ubun kepala. Disisi lain ekonomi bagi rakyat kecil pun kian mencekik, khususnya yang terjadi pada Klinik Tunanetra, iya sebuah tempat pijat refleksi yang dimana di dalamnya dari tunanetra semua. Pendapatan mereka sangat turun karena berkurangnya yang pijat di sini sedangkan pengeluaran bertambah.

Beberapa percakapan yang dikeluhkan saat ditanya,

"pendapatan turun pak, untuk membeli paketan saja harus mikir, karena tidak ada paket internet maka tidak belajar. Penghasilan didapat dari memijat (di sini) pak."

"Lalu apa harapan bapak disaat kondisi seperti ini?"

"Ya berharap ada bantuan meskipun hanya beras, bantuan berupa uangpun tak kami dapatkan karena belum terdata, adapun yang didata mereka penduduk lama. Terima kasih, sangat bersyukur sekali untuk bantuan yang ada ini."

Terjadi serupa di kota lain, Lamongan contohnya, yang dimana di dalamnya bukan hanya tunanetra saja melainkan ada yang berkebutuhan khusus lain yang terdapat, tunadaksa dan autis salah satunya.
Jadi ada komunitas bernama @pertuni_lamongan, yang menaungi mereka dengan berkebutuhan khusus untuk diberdayakan dan saling memotivasi satu sama lain.

Ada satu kalimat yang menjadi motivasi terkuat untuk menjalankan kegiatan ini,
"Keterbatasan ini bukanlah faktor untuk berhenti dalam berkarya." 
- Try Febri Khoirun Nidhom

Iya motivasi dari seorang ketua yang menjadi inspirasi dalam komunitas ini, yang dimana ia juga penyandang disabilitas netra namun memang benar kemampuannya melebihiku (orang yang non-disabilitas).
Aku salut dengannya karena ia dapat berbahasa Inggris cukup fasih saat diajak berkomunikasi dengan orang Singapura.

🌱 Dalam kehidupan pasti tak lepas dari kata "mengeluh", jangankan mereka dari kita yang non-disabilitas mungkin sering mengeluh akan kekurangan fisik yang ada (saat ini). Iya, termasuk aku yang dulunya sering berkata "ya Allah kenapa aku beda dari mereka (orang yang tanpa keterbatasan fisik sedikitpun)? Kenapa mataku berbeda sebelah?" Celaan, hinaan dan bahkan ejekan yang kudapatkan. Menjadi bahan tertawaan teman-teman hingga membuatku malu dan seakan hidup tak adil bagiku. Namun hari ini Allah kembali membukakan pikiran dan mata hatiku seakan menampar mukaku bahwa Ini loh lihat! mereka yang jauh di bawahmu (dengan disabilitas) bisa tersenyum, tertawa bersama teman-temannya bahkan bangkit dari rasa kekurangan yang dimiliki. Masih pantas kamu mengeluh akan kekurangan yang ada dalam dirimu? Sungguh tak patut. ðŸŒ± 

Semoga next dapat berkunjung kembali dengan mereka, terima kasih Allah telah menunjukkan semua hal ini. 

1 komentar:

Terima kasih untuk komentar yang baik dan bijak, semoga menginspirasi :)