Rabu, 21 Juli 2021

Pejuang Mengantar Kematian

Pagi yang cerah mengiringi langkah ini menuju Posko Dapur Umum Surabaya, yang terletak di daerah kebraon, Surabaya.

Menjumpai rumah Bu Solikhah yang menjadi tempat di mana bantuan dititpkan untuk disebar kepada warga-warga sekitar yang terdampak copid.

Beliau adalah seorang mudin yang menangani pemandian jenazah secara berturut-turut.dalam setiap harinya. Beliau bercerita, bahwa dalam satu hari dapat memandikan jenazah sebanyak empat kali, itu pun bisa lebih. Pernah suatu ketika saat sedang memandikan jenazah sudah ada jenanzah lain yang harus dimandikan saat itu juga, alhasil setelah selesai memandikan yang sebelumnya beliau langsung meluncur ke tempat selanjutnya dengan tanpa jeda untuk sekadar istirahat.

Jika di kampung banyak panggilan untuk pemandian jenazah, lalu apa kabar dengan mayat-mayat di rumah sakit? Yang entah itu memang terkena positif copid ataukah terpapar copid.

Pekerjaan yang terihat sepele dipandang oleh banyak orang belum tentu dapat dilakukan. Karena apa? Karena butuh yang namanya keberanian untuk melakukannya dengan konsisten.

Tak jarang anak beliau memnta dan mengingatkan untuk istirahat, tidak terlalu capek dalam menjalankan tugasnya. Namun, ya bagaimana lagi bila tidak ada yang mau menggantikan tugas beliau di saat sedang banyaknya jenazah yang mengantri.

Pendapatan tak seberapa, sekitar <400.000 yang diterima dalam setiap bulannya.

"Kemampuan secara finansial tidak dapat dibeli ketika ada musibah, karena manusa membutuhkan manusia lain (makhluk sosial)." - Bu Solikhah


🌱 Cuplikan kisah nyata dari seorang ibu yang mengemban tugas sebagai pemandi jenazah. Mungkin, sebagian dari kita berpikir itu hal biasa, hal sederhana yang dapat dilakukan oleh banyak orang, tapi tidak jika sudah berhadapan langsung dengan mayat di depan mata kita. Tanpa busana, telanjang dan terlihat beragam warna dengan ada yang pucat, berseri, bahkan membuat bulu kuduk merinding dan tak jarang yang terbayang akan hal itu. Jika dilihat dari segi pendapatan sangat kecil memang tapi jasanya masyaAllah. Allah yang membalasnya di kehidupan kelak.

Ya, apapun pekerjaan maupun aktivitas yang sedang kamu lakukan tetap jalani dan terima dengan rasa ikhlas walaupun aku tahu ... sebenarnya nano-nano rasanya. 

Tetap semangat jalani hari-harimu dengan megharap ridho Tuhan.

Ganbatte Kudasai!!!🌱



Selasa, 13 Juli 2021

Cinta Sesaat

Menurut kamu apa itu cinta sesaat ? 

Dikutip dari sebuah website:

https://lifestyle.kompas.com/read/2018/01/30/210000720/3-hal-yang-terjadi-saat-seseorang-jatuh-cinta-?page=3 

Kita menyangka bahwa kita benar-benar jatuh cinta padanya, hanya karena berpikir bahwa dia adalah tipe idaman kita.

Tapi, saat kita sedang sibuk dengan pekerjaan, apakah kita masih memikirkannya? Cinta bukanlah sesuatu yang bisa kita dapatkan dengan cepat. 

Intinya, jika kita bisa fokus untuk memberikan cinta selain pada pekerjaan, sahabat, keluarga dan diri sendiri, berarti perasaan tersebut hanyalah sesaat dan bukan cinta sejati.

*

That's right! 

Cinta yang hanya terasa menggebu-gebu di awal, dan kemudian bisa cepat memudar ketika pandangan ataupun keinginan sudah teralihkan oleh hal yang lain. 

Bukankah itu yang sering kita alami ?  

Melihat dan bertemu seseorang lalu merasakan, wah dia jodohku, aku mencintainya, aku ingin memilikinya. Haha .... 

Hanyalah buaian kata yang seketika terucap dari bibir, tapi belum tentu dari hati yang sebenarnya. 

Aku pernah mengalami kejadian di mana, aku bertemu banyak laki-laki. Iya, ada yang tinggi di atasku, sepadan denganku,  berambut rapi, dan bahkan ada yang acak-acakan (terkadang juga rapi sih kalo tidak lupa pakai sisir, haha!) 

Berbadan kurus, sedikit gemuk, kurus sekali, berkulit putih, dan coklat. Kurang lebih seperti itulah mereka, namun tidak ada yang memenuhi kriteria yang benar-benar aku impikan. 

Hampir semua kukatakan aku menyukai mereka, padahal itu hanyalah rasa sekelebat mata memandang saja bukan cinta yang benar-benar mencintai. 

Ah, mengenang memori lama membuatku belajar dan mengerti apa itu mencintai. 

Ini sekedar cerita singkat dari yang kualami dulu, tapi sekarang juga terkadang terulang lagi. Haha! 

Maklumlah faktor banyak pertanyaan, "Kapan menikah? Sudah punya pacar belum? Calonnya anak mana nih?" Bla bla bla! 

Ya, bukan salah mereka sih bertanya, dan bukan salahku juga untuk menjawab dengan senyuman kecut. 

Karena menikah itu untuk jangka panjang bukan jangka pendek, jadi harus dipertimbangkan dengan matang segala kebutuhan di dalamnya. 

Jika kamu punya pendapat lain, yuk komen di bawah dan kita bertukar pemikiran✨ 

Selasa, 18 Mei 2021

Bekel (Berasa Keluarga)



Perjalanan ke gunung itulah caraku mencoba dekat dengan langit dan bermuhasabah diri bahwa betapa kerdilnya diri ini diantara langit dan bumi. 

Kenapa tidak naik pesawat, bukankah lebih dekat menembus awan? iya memang terasa lebih dekat jika melalui udara namun ada harga yang harus dibayar dan beratnya proses tak lebih terasa dari perjalanan mendaki. 

Sepanjang trek yang ada banyak ditemui bebatuan dan tanjakan, jalanan landai hanyalah beberapa langkah saja selebihnya menaik dan berbatu bahkan cenderung sempit. 

Saat itu aku mendaki dalam keadaan "kedatangan tamu hari kedua", memang tidak ada hal mistis parah yang terjadi melainkan yang ada fisik melemah karena trek menanjak kian menanjak yang ada. Kerasnya hentakan kaki yang mengenai bebatuan membuat perut terasa begitu sakit dan kepala yang sedikit pusing akibat hal tersebut. 

Tidak ada penyesalan yang terjadi yang ada hanyalah rasa sungguh tidak enak kepada tim karena membuat sering break dan alhasil mengulur waktu sampai di puncak. Disaat aku berkata: 

Aku izin dibarisan belakang sendiri boleh? 

"Kenapa? kamu perempuan jadi dibarisan tengah, Yang di depan-belakang harus laki-laki. Kalau capek bilang, kita berhenti istirahat terus lanjut lagi. Mendaki itu teman seperti keluarga yang harus saling menjaga dan membackup tim bukan meninggalkan bahkan membiarkan." kata mereka 

MasyaaAllah aku terharu mendengarnya😊 

Sesampai di atas mereka yang mendirikan tenda dan memasak sedangkan aku dan temanku Fithand membantu menyiapkan bahan dan mengabadikan momen yang ada😄✌ 

Baru ini mendaki dengan keadaan yang bisa dibilang cukup lemah namun memaksa untuk naik dan bersyukur diberikan teman-teman baru yang membuat spechless akan kekeluargaan mereka. Iya aku merasa bukan hanya puncak tujuan utama melainkan proses kebersamaan untuk mencapai dan menikmati keindahan alam (kebesaran Allah) yang tercipta. 

MasyaaAllah, nikmat mana lagi yang kau dustakan? 


🌱 Perempuan dalam keadaan "kedatangan tamu" apalagi masih hari 1-3 memang beresiko untuk melakukan aktifitas berat seperti mendaki. Terlebih jika trek yang dilalui banyak tanjakan dan berbatu besar-kecil kerikil. Tidak ada larangan memang (beberapa gunung melarang mungkin) namun alangkah baiknya untuk berpikir ulang untuk ikut karena akan merugikan diri sendiri yang menahan sakit, juga tim yang mereka juga membawa carrier dengan beban berat. Jika memaksa tetap ingin ikut berkatalah jujur kepada tim dan persiapkan obat untuk meminimalisir rasa sakit yang ada serta menjaga imun tubuh agar tidak jatuh ngedrop. Ingat juga untuk membawa sampah turun ke bawah bukan meninggalkan di atas gunung (alam). Karena mendaki bukan untuk mengotori melainkan membantu melestarikan alam dan mentadabburinya. 🌱 

Dan aku sangat bersyukur dipertemukan dengan kalian dan mengenal kalian, ada pelajaran dan kenangan yang didapat dari kalian. Semoga dapat mendaki bersama lagi dilain waktu dengan cerita baru tentunya.😁 

Salam semesta alam!  

Kamis, 22 April 2021

Rumah Hujan

Pernahkah kamu merasakan tidur di bawah butiran-butiran hujan? 

Tetes demi tetes berjatuhan, membasahi wajah ketika sedang terlelap dalam balutan selimut 

Terlihat jelas bentuk air yang menempel pada dinding atas 

Terdengar suara gemericik air menyentuh logam besi "tush.. tush.." 

Iya, hampir sepanjang malam setiap kali hujan turun terjadi seperti itu 

Jangankan air yang menetes, hampir setiap kali hujan turun dengan deras terdengar jelas hujan di atas genting yang hanya selapis saja, "arrgghh.. suara yang begitu keras sampai membuat telinga ini terasa pengang dan ketakutan akan kebocoran kamar kerap kali datang menghantui dan tidur pun menjadi gusar karenanya." 

Tak ada daya untuk membenahi semua kebisingan dan kerisauan itu yang ada hanya menikmati setiap asa yang ada 

Waktu terus berputar 

Kehidupan terus berlanjut 

Hanya dapat berteman dengan semua ketidak nyamanan itu 

Yah, apalagi jika bukan untuk merasakan kenyamanan hidup 

Di rumah ini 




Kamis, 18 Maret 2021

Cerita Kota Angin

Beberapa hari yang lalu longsor telah melanda desa ngetos kota Nganjuk, ada korban yang meinggal dan selamat kembali ke rumah saudara terdekatnya dan ada yang sudah diungsikan ke rumah-rumah yang layak dihuni bagi para pengungsi yang tela kehilangan rumahnya akibar longsor. 

Hari yang sudah ditentukan untuk berangkat ke sana telah tiba, bantuan (sederhana) siap didistribusikan, armada dan tim siap untuk berangkat. Bismillah... 

Perjalanan terasa amat panjang kenapa? karena ada masalah di dalamnya, dimana yang niatnya memilih jalan cepat yang ada kebingungan didapat. Iya, alhasil menyusuri jalan, berputar, keluar-masuk gerbang yang sama dan pada akhirnya menemukan jalan yang benar. 

Adzan dhuhur telah berkumandang pertanda untuk beristirahat sejenak, alhamdulillah ada rest area 

"buk harga tehnya berapa? 8.000 mbak tapi saya korting jadi 7.000 saja" 

(teman-teman pada berbisik) 

"yassalam hmm.. yasudah maklumin aja di pertengahan tol ini" jawabku 

Setelah melalui jalan yang panjang alhamdulillah sampai juga di tempat dimana akan dilakukan pembagian pendistribusian. 

Kami sempat menengok keadaan dimana longsor itu terjadi, terdapat banyak puing-puing bangunan yang runtuh dan tergusur oleh tanah, hampir keseluruhan tiada yang utuh bangunannya. Keadaan tanah yang masih gembur saat kupijaki dan adanya keretakan akibat pergeseran tanah yang terdapat. 

Allah, inikah tanah longsor itu? meluluh-lantahkan bangunan-bangunan disekitarnya, dari atas menurun ke bawah. Puing-puing bangunan tiada yang utuh, tanah yang terasa lunak ketika kaki berpijak, terperosok ke dalamnya seperti tanah hisap yang siap melahap di atasnya. Allah tak kubayangkan jika tinggal di sini dan menjadi salah satu dari korban di dalamnya namun alhamdulillah semua korban telah ditemukan meski harus ada yang ditinggalkan (menuju-Nya). Sungguh hamba lemah tak berdaya tanpa kuasa dari-Mu 

Senja mulai terlihat jelas, terangnya sinar matahari mulai meredup dan akhir perjalanan telah selesai  

Berpamitan dengan warga di sekitar dan pulang dengan perasaan yang cukup melegakan, amanah telah tersampaikan 

Ditengah perjalanan lagi-lagi dihadapkan pada suatu permasalahan, kartu yang susah untuk diakses sampai mencari bantuan untuk meminjam, oh beruntungnya ada perantara Allah yang membantu tanpa mau diganti. MasyaaAllah 

Terima kasih untuk semua yang terlibat dalam kegiatan ini dan maaf untuk sikap salah yang telah kuperbuat. 

🌱 Sempat berpikir buruk namun pada akhirnya Allah memberi jalan dan semua teratasi dengan tanpa emosi di dalamnya, iya karena tujuan kami sama berangkat-pergi bersama dalam keadaan tak kurang sedikitpun. Permasalahan disetiapniat baik pasti ada namun karena kebersamaan dan frekuensi yang satu tujuan semua menjadi ringan dan terselesaikan, meskipun meninggalkan benak di dalamnya naamun karena semua itu jadi terbitlah cerita ini.😁 🌱 

Tetap semangat berjuang untuk kebajikan selama nafas masih berhembus dan biarlah bumi menjadi saksi jejak akan perjuangan ini. 

Minggu, 28 Februari 2021

Senyuman Kota Beriman

Banjir telah melanda sebagian kota Jombang, beberapa diantaranya desa gondangmanis, brangkal, dan pucang simo yang masih terendam, Kami turun untuk implementasi ke wilayah tersebut dan subhanallah benar saja terlihat lautan sawah seperti danau yang tak terlihat sedikitpun kehijauan di dalamnya, iya.. hanya air dengan pantulan langit yang dapat dilihat dari atas sawah tersebut. 

Kata seorang warga yang terdampak banjir: 

"iya mbak, ini bekas airnya naik setinggi ini (hampir setengah ukuran rumah) jadi maaf kalau masih berantakan." 

Terlihat baju-baju yang masih berserakan di dalamnya, tercium bau yang kurang sedap disepanjang rumahnya dan ya sebagaimana kondisi banjir. 

Ketika bergeser ke desa sebelah Allahu Akbar aku kaget ketika melihat ada rumah yang dimana di kelilingi oleh air, iya jalanan tak terlihat karena terendam banjir. 

Sebuah jalan yang jebol karena derasnya arus air yang menggenang sehingga warga berinisiatif membuat jembatan dari bambu dan anyaman untuk akses jalan antar kedua desa. 

Allah aku takut ketika melewati jalan itu, seakan ada rasa tenggelam, jatuh, tidak aman rasanya melewati namun temanku sedikit menenangkanku sembari berkata "tenang mbak, insyaaAllah safety riding" 

Memasuki desa Brangkal airnya masih menggenang selutut orang dewasa dan tim harus turun dengan membawa bantuan sembako yang dititipkan dari para donatur. Iya tim jalan menyusuri dari rumah ke rumah untuk memberikan bantuan yang sederhana ini kepada mereka yang memang sangat membutuhkan. 

Dengan berjalan perlahan, hati-hati, pakaian yang basah, hingga terjatuh karena ada selokan kecil di bawah yang tak terlihat, sampai motor yang ambruk karena tanah yang berlempung. 

MasyaaAllah aku yang ikut serta turun di dalamnya merasa terenyuh akan keadaan di sini namun merasa bahagia ketika melihat anak-anak kecil yang dengan keceriaannya bermain berenang di air bahkan di sungai yang airnya hampir mendekati atas jembatan. 

Gagal panen pun dirasakan oleh para petani, bagaimana tidak semua sawah terendam dan tidak ada sisa yang dapat dipanen dan dijual. Namun disisi lain mereka memanfaatkan sawah yang kebanjiran dengan aktifitas memancing. Iya, memancing dan mendapat ikan, dan terlihat juga anak-anak ikut memancing di sawah😀 MasyaaAllah.. 


🌱 Dari sini aku belajar dikala musibah mendera namun hati dan pikiran jangan sampai meresah. Menyerah dengan keadaan bahkan sampai mengeluh tiada hentinya untuk apa? Bukankah kesia-siaan yang hampa tanpa adanya tindakan?

Aku tak dapat membayangkan jika melanda kota pahlawanku, daerah rumahku mungkin aku akan sedih, menangis, meronta merasakan semua ini. 

Dari sini aku belajar semua akan kembali pada waktunya, semua yang ada di dunia hanya titipan bukanlah bersifat permanen yang sah menjadi hak milik manusia. 

Bukan hanya banjr melainkan musibah apapun adalah atas izin Allah dan sudah seharusnya kita kembali hanya kepada Allah. 

Semoga semua yang terdampak maupun keluarga yang ditinggalkan senantiasa diberi ketabahan hati dan kekuatan tubuh untuk berdiri melanjutkan langkahnya. 🌱


Tentang Prasangka

Sebuah kata: 

"hayo.. kamu ada hubungan ya dengan dia?" 
"eh mereka terlihat dekat banget, apa jangan-jangan mereka ada hubungan spesial?"
"tak kira kamu dekat dengan dia.."

Semudah itu berprasangka yang belum tentu pasti kebenarannya? 
Bukankah lisan itu tak bertuan? iya, memang lisan itu lembut gemulai namun bukankah yang mengendalikan lisan adalah pemikiran dan hati diri kita sendiri? 
Memang tidak dapat mengatur dan mengendalikan orang sekitar namun setidaknya dapat menasehati dengan memberi contoh yang baik agar tidak dilakukan oleh mereka. 

=== 
Lucu kadang merasakan keragaman cerita dalam hidup ini 
Selepas itu dalam berkata tanpa memikirkan ada hati yang terluka atau tidak karenanya 

Teringat akan sebuah hadits: 
"Aku (Allah) sesuai prasangka hamba-Ku." 

Bukankah sama seperti halnya kepada sesama manusia? sesama teman yang dimana sesama saudara bahkan semuslim, yang dimana jika berpikir buruk tentangnya maka tanpa sadar tubuh akan tersugesti bahwa ia benar-benar buruk dimata diri ini padahal belum tentu. Bisa juga sebaliknya jika berpikir baik tentangnya maka tubuh pun akan tersugesti bahwa ia memang baik. Bukankah begitu adanya? 

Jadi, alangkah baikya pastikan kebenarannya dengan bertanya kepada yang bersangkutan tanpa menduga-duga yang dimana dapat menimbulkan sebuah fitnah. 

Karena disamping dapat menambah dosa diri sendiri juga dapat merusak hubungan di dalamnya (hubungan antara yang dibicarakan dengan yang membicarakan) 

Salam Energi Positif🌱 

Selasa, 02 Februari 2021

PTN (Pedagang Tanpa Ngemis)

Langit cerah berawan dengan desiran warna biru dan putih yang saling bercampur menjadi satu 

Hari yang cerah dengan benderangnya sinar mentari mengiringi perjalanan kami, untuk memberikan sedikit rejeki yang ada untuk mereka yang sebelumnya sudah ditentukan bersama 

MasyaaAllah beragam cerita yang dapat diulas dari mereka, kisah hidup yang harus berjuang untuk memenuhi ekonomi keluarga demi menyambung kehidupan. Ada seorang anak yang sampai putus sekolah karena tidak ada biaya untuk melanjutkan pendidikan sehingga ia berjualan es lilin setiap pagi dan itupun tidak selalu habis terkadang pulang dengan keadaan terisak karena tak ada satupun es lilin yang terjual. 

Ada juga seorang bapak penjual es cao yang mendorong gerobak setiap hari menjajakan jualannya, "iya mbak kalau hujan jualannya hanya disini di depan Smkn 6, jadi bisa berteduh di halte ini. Rumah saya di belakang sekolah ini mbak, belakangnya rumah bu Rw." kata bapaknya ketika kami bertanya. Apa kamu tau jarak dari tempat dimana beliau mangkal hingga ke rumahnya berapa meter? Lumayan jauh kalo untuk jalan kaki mengingat kondisi bapaknya yang sudah lumayan sepuh. MasyaaAllah namun ketika melihat beliau tersenyum hati ini bergetar seakan ada kebersyukuran dalam diri dan malu akan diri sendiri yang masih mengeluh akan apa yang Engkau beri selama ini. 

Ada juga seorang bapak penjual es wawan yang setiap hari memanggul dua kotak es wawan depan dan belakang dari Krian naik bus menuju Surabaya, berjalan dan berkeliling menjajakan es wawannya. Berangkat pagi petang hingga kembali malam hari, namun apa selalu habis dagangannya itu? tentu tidak, mengingat sekarang masih musim dingin bahkan curah hujan pun tinggi jadi siapa yang mau beli es dicuaca yang dingin ini? Jika bukan atas izin Allah, ada banyak jalan untuk datangnya rejeki yang halal. 

Di atas masih sepenggal cerita kehidupan dari sekian banyak target yang telah ditentukan dari kegiatan PSBB (Pemuda Surabaya Bagi-Bagi) ini. Bisa kepoin IG: @mrisurabaya 

🌱 Oh Allah masih ada sekian banyak yang lebih membutuhkan uluran tangan-Mu, membutuhkan belas kasih dari-Mu. Jika mereka saja dapat berjuang dan tersenyum menghadapi kehidupan yang sulit ini, bahkan dimasa pandemi yang belum ada kejelasan kapan berakhirnya, seharusnya diri ini yang masih lebih muda dan kuat dibanding mereka harusnya jauh lebih bisa dan semangat untuk terus dan tetap berjuang, berproses, dan bertumbuh-kembang dalam kehidupan. Sesulit apapun, sejatuh apapun semua akan terasa mudah bila berpegang teguh hanya pada-Mu (Allah).🌱 

Kalo kamu apa yang didapat dari cerita di atas? hmm.. bisa komen di bawah atau jawab dalam hati aja yah😁