Jumat, 21 Agustus 2020

Malam Pemeriksaan


Sudah hampir beberapa kali aku mengikuti kegiatan ini, MSR (Mobile Socile Resque). Kegiatan yang memeriksa pasien, membantu dan mengobati pasien dengan tanpa bayaran. Iya tanpa bayaran sedikitpun yang kuterima, bersama dokter aku turut membantu mereka.

Malam itu, 
Dalam sebuah keheningan malam 
Dalam ruang yang (hanya) seorang diri 
Terdengar suara notif WhatsApp, terbaca sebuah chat, 

"mbak apa ada acara hari ini? Bisa ikut bantu kegiatan malam ini karena sedang kekurangan tenaga" 
"Bisa mas, insyaaAllah" 
"Ketemu di depan kantor pukul 20.00 berangkat bersama dari sana" 
"Siap." 

Singkat dan terlaksana. 
Sejujurnya aku tidak tau ini apa dan harus apa, akhirnya dijelaskan secara singkat dan padat. Pertama kali masuk dan berhadapan langsung dengan luka yang berbalut perban, dibukanya perlahan dan terlihat darah, nanah, tulang yang yang berlubang dan terlihat dalamnya serta bau yang membuat mual. "Oh Allah apa ini?!" 

Menyeruak dalam satu ruangan tanpa ada cela udara segar yang terasa,
Dinding kamar yang berwarna biru namun terlihat suram disetiap sudutnya,

Awalnya mulai membaik namun entah karena apa memburuk dan jika ditanya "kamu tahan dengan semua ini?" Aku akan jawab "logikanya mana ada yang tahan dengan keadaan dan situasi seperti ini? Namun inilah pilihanku untuk turut masuk ke dalam situasi seperti ini. Iya, ini masih secuil luka belum sebanyak luka yang dialami oleh para medis yang menjadi tameng untuk melindungi masyarakat.

🌱 Jika sebagian memilih tidur dan istirahat di rumah namun aku (di sini) memilih untuk bangun dan ikut andil bersama di dalamnya. Kenapa? Karena darisini aku belajar bagaimana merawat yang baik dan benar itu, untuk bekal ketika orang tua jatuh sakit atau bahkan diri ini yang sakit dan dapat merawat.

Sallut dengan mereka yang mau membantu merawat orang lain dengan ikhlas dan sepenuh jiwa sesuai pengabdian yang telah diucapkan. 🌱

Minggu, 16 Agustus 2020

Mereka Punya Impian


Hari Ahad,
Hari dimana waktunya bersantai di rumah namun tidak untuk sebagian orang. Berkunjung bersama MRI (Masyarakat Relawan Indonesia) ke sebuah tempat yang terdengar asing bagiku padahal masih area Surabaya, ya Allah..
Namanya Kampung 1001 malam,
"Memang ada?"
"Ada, dimaps juga ada"
"Wah, baru tau aku.."
Sesampai di sana masyaaAllah harus naik perahu yang digerek pakai tali tambang yang letaknya di bawah jembatan tol. Di situ gelap dan lumayan panjang jalannya, terbesit "gimana kalo ombaknya besar? Atau banjir, gimana nasib penduduk di sana?" Tak dapat kubayangkan.
Menyusuri lorong yang tanpa ada lampu di dalamnya, terlihat ada orang-orang yang sedang bekerja di bawah jembatan tol, iya bekerja memperbaiki jalan agar nyaman untuk dilewati.
Cukup terpencil dan menyusuri jalanan kecil untuk dapat sampai ke tempat yang dituju yaitu aula.

Aula dimana anak-anak dapat belajar di dalamnya,
Begitu ramai dan mereka antusias untuk belajar bersama.
Akupun bertemu dengan beberapa anak namanya Faldi dan sahabatnya Labib.
Faldi yang bertubuh kurus, berkulit hitam manis dan bersifat mudah emosi. Sedangkan Labib yang bertubuh gemuk, berkulit putih dan bersifat suka senyum, tidak mudah emosi dan ia hafal beberapa surat, Al-Kafirun contohnya.
Kamu tau hal apa yang membuatku kaget?
Ketika kakak pemateri berkata "temen-temen tau apa istimewa dari kota Palestine?"
"Kiblatnya umat Islam kak" dengan lantang Faldi menjawabnya
Sontak aku kaget dan diam sejenak memperhatikannya, aku bertanya kepadanya,
"Apa impianmu?"
"Menjadi ulama' kak"
"Memangnya bisa mengaji? Hafal surat-surat pendek?" (Sedikit mengetesnya😁)
"Bisa kak"
"Coba baca surat Al-Ikhlas"
Dia malu-malu, setelah 5menit kemudian akhirnya iapun mulai membaca, dan baru ayat pertama Labib menyela di tengahnya,
"Al-Kafirun coba"
"Kakaknya minta Al-Ikhlas" jawab Faldi
"Yasudah coba Faldi Al-Ikhlas dan Labib Al-Kafirun. Hayo bisa apa ndak.." kataku
Akhirnya Labib bisa membaca Al-Kafirun sedangkan Faldi dia masih malu untuk membaca padahal sebenarnya dia pun juga bisa membacanya. Hmm.. jadi teringat akan masa kanak-kanakku dulu🤭
Aku bertanya lagi,
"Kenapa mau menjadi ulama' bukan dokter atau polisi atau yang lain?"
"Ulama' habib syekh, pernah baca umat Islam dibantai seperti Palestine, menegakkan Islam. Kak Palestine itu saudara kita ya?"
"Iya, mereka saudara kita yang harus dibantu. Siapapun itu dan dari agama manapun adalah saudara. Karena Islam mengajarkan akan perdamaian dan kerukunan dalam bertoleransi."
"Oh iya kak, ke Palestine"
"Aamiin, kakak doakan Faldi dan Labib bisa berangkat bersama ke sana. Dan ingat untuk selalu berbakti kepada orang tua terutama ibu. Habis lulus mau kemana?"
"SMP mondok kak"
"MasyaaAllah dijaga sholatnya, kalian (Faldy dan Labib) harus saling mengingatkan terutama untuk kamu Faldi dijaga emosinya. Belajar dan perdalam Islam. Siap?"
"Siap kak.."
Mereka pun tersenyum dan kami berfoto bersama.

🌱 Terlepas dari sekedar berbicara, bercanda atau tidak tetap itu yang terjawab dari mulutnya.
Iya, bukankah dari apa yang kita pikirkan berbuah menjadi sebuah tindakan yang nyata.
Maka, mari jaga pikiran untuk tetap positif dan husnudzon pada apapun dan siapapun yang terjadi dalam kehidupan ini.
Gapai mimpimu dan berada jalan lurusmu walau banyak kerikil yang terkadang dapat membuatmu jatuh. 🌱