Malang -
Hari itu pertama kalinya ku pergi jauh ke luar kota seorang diri hanya untuk menemuimu, menemui dan berobat kepadamu. Kamu menurunkanku di Alun-alun kota Malang dan berpamitan pergi karena ada kesibukan. Berjam-jam lamanya ku menunggu seorang diri, di tempat yang sebelumnya belum kudatangi. Berjalan kesana-kemari tanpa mengerti "untuk apa aku disini? apa yang dapat kulakukan selama menunggumu disini?"
Terdengar teriakan yang cukup menghebohkan, aku menoleh dan melihat sedang ada acara jalan sehat disitu "oh..pantas sekali heboh sedang berlangsung undian.." Aku berjalan menghampiri tempat itu, aku melihat dan terasa sangat ramai dengan kerumunan banyak orang. "aku tak suka tempat ini terlalu ramai, aku tak suka kebisingan" karena aku tergolong anak intovert yang lebih suka sepih dan sunyi maka aku berjalan menuju arah Masjid, menaiki tangga demi tangga dan duduk memojok sebelah kanan masjid. Melihat betapa penuhnya lapangan itu dan hampir larut dalam lamunan kegabutan, kejenuhan karena menunggu!
Waktu terus berputar gemericik hujan pun datang membasahi kerumunan di lapangan. Aku putuskan untuk mencari tempat lain yang kusuka -taman- ku berjalan mengikuti petunjuk pada Maps, menyeberang dan berjalan seorang diri -hanya aku dan langit-.
Aku merasa lelah, lapar dan haus namun tak ada yang berjualan nasi di perumahan itu. Karena sudah tidak sanggup berjalan aku duduk di sebuah taman dan melihat sekeliling secara perlahan,"aku teringat aku punya buah Salak di dalam tas, alhamdulillah setidaknya untuk mengganjal perut".
Tetiba turun hujan cukup deras, aku berlari kesana-kemari mencari tempat berteduh namun tak terdapat satupun hanya tempat duduk dengan beratapkan seperti sebuah kain berwarna hitam transparan, berlubang kecil-kecil untuk menadah buah agar tak jatuh ke tanah. Aku berteduh di bawahnya dengan memakai jaket waterproof untuk menghalau air dari badanku. Begitu dingin terasa dan tak kunjung reda hingga aku nekat untuk lari keluar mencari Masjid dan mengeringkan badan.
Tanpa Maps aku berjalan dan berhenti di tengah jalan karena ini dimana? dimana Masjid Jami; berada? handphone dalam keadaan low battery aku butuh petunjuk dan beristirahat kepalaku sudah terasa pusing.
Aku terus berjalan dengan terus berdo'a dan alhamdulillah terlihat Masjid di seberang kanan jalan. Aku masuk dan tidur di terasnya namun tak nyaman karena jilbab basah dan dingin. Menuju toilet untuk sekedar cuci muka dan gosok gigi dikenakan tarif setara mandi Rp 10.000-, tau gitu mandi sekalian tadi.
Sekitar pukul 14.00 handphone berdering ada 3 panggilan tak terjawab darinya! ia sms dan aku membalasnya memberitahu posisiku sekarang. Waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 akupun keluar menuju teras Masjid dan ingin segera tidur di dlamanya namun ia sudah berada diparkiran Masjid, terlihat kepanikan pada wajahnya dan ketakutanku akan kemarahannya.
Benar ia memarahiku! aku hanya diam dan mendengarkan menahan rasa pusing karena jilbabku yang basah.
"kamu mau makan apa?" ia bertanya kepadaku
terserah.
"makan soto mau?"
iya.
Aku memesan dada dan ia kepala, pas kumakan "kok gini ya rasanya? tidak ada rasa asin sama sekali, beda dengan soto di Surabaya. Aku tak suka" "iya karena tidak memakai msg, habiskan" jawabnya
Disini duduk berhadapan denganmu dengan suasana hujan yang begitu dingin, makan pada meja yang sama (orang yang baru berjumpa) terasa campur aduk perasaanku: marah, kesal, nikmat, hangat, ingin pulang, ah.. begitu tak jelas. Tak ada kata satupun yang dapat mewakili penyebutan perasaan campur aduk ini. .
Sabtu, 29 Desember 2018
Handphone Hilang
Ada seorang temanku bernama Rossa, ia kehilangan handphone milik satu-satunya. Ia panik dan kebingungan "dimana handphoneku? Aduh.. Aku tak bisa hidup tanpa handphone" ia bertanya-tanya dalam dirinya sendiri dan mencari.
Aku bertanya kepadanya, Kenapa whatsApp kamu centang?
"iya mbak handphoneku hilang"
Lalu sekarang pakai handphone apa?
"belum mbak"
Bagaimana aku dapat menghubungimu?
"di facebook messanger bisa mbak untuk sementara waktu"
Beberapa hari ia tidak dapat berkomunikasi secara intens di social media, hanya facebook yang ia dapat gunakan. Akupun menjadi risau akan keadannya dan kabarnya, bertemu hanya sebentar di kampus.
Apakah kalian juga pernah mengalami hal tersebut?
Aku dulu pernah sampai berulang kali.
Hampir setiap detik, menit, dan jam berputar kita tak lepas dari memegang handphone. Bahkan dalam tidur malampun tak terasa handphone berada dalam dekapan kita. Bermain handphone disaat sedang susah tidur (insomnia) hingga tertidur dengan sendirinya.
Dapat juga sedang nikmatnya tidur tetiba bangun di malam hari dan memegang handphone, jika tidak ada dicari hingga ketemu dan sampai di genggaman tangan.
Itulah beberapa hal yang terjadi dan masih banyak kejadian yang dialami.
Darisitu ada penngajaran yang tersimpan:
Musibah datang tidak hanya selain dari Allah melainkan dapat saja diri kita sendiri yang teledor atau kurang memperhatikan situasi kondisi.
Dalam hal spiritual:
Bisa jadi Allah menegurmu yang karena hampir setiap saat kamu selalu bersama dengan barangmu itu, lalu Allah dikemanakan?
Dalam lingkungan:
Pernah merasakan terasingkan oleh lingkungan?
Mungkin bukan lingkungan yang mengasingkan kita melainkan kitalah yang mengasingkan diri sendiri dengan sibuk bermain handphone. Pada saat berkumpul bersama teman, dalam sekolah maupun berkendara pasti tak lepas dari yang namanya handphone. Dalam hal penting maupun tidak.
Kurangi waktu bersama handphone, luangkan hidupmu pada dunia nyata.
Bijak-bijaklah dalam menggunakan barang elektronik dan sempatkan dirimu untuk beristirahat dari gemuruh dunia social media.
Salam berhijrah.
Jumat, 21 Desember 2018
Reframing: Ambil Positif Buang Negatif
Terjadi sebuah perbincangan antara Hijra (admin) dengan customer:
"mbak rumahnya dimana?"
Di Surabaya, rungkut pak.
"lho iya ta mbak? Saya biasa menjemput ponakan disitu tapi sekarang sudah tidak karena sudah ada yang menjemputnya"
Gitu ya pak.
"mbak jaga sendirian?"
Ndak pak, disini ada dua shift pagi dan sore, saya sampai pukul 16.30 karena malamnya kuliah pak dan sebentar lagi waktunya pergantian.
"loh kuliah tingkat (semester) berapa mbak?"
Semester 7 pak
"wah sudah mau selesai ya mbak, sudah berapa lama mbak kerja disini?"
Dulu 1 tahun pak lalu ada jeda sedikit saya keluar lalu dapat 3 bulan masuk kembali disini.
"kerja di pabrik mbak?"
Ndak pak, pernah kerja di pabrik hanya 1-2 hari sudah keluar, paling lama di pabrik sendok 5 hari sudah ndak dilanjut kembali. Karena ndak betah kerja di situ.
"jangan mbak, kerja itu jangan pasrah, lulus SMK masuk pabrik, lulusan tinggi masuk pabrik. Hidup jangan pasrah harus punya tujuan, besok di sekolah ini, kerja ini, jadi ini. Anak-anak saya, saya gitukan mbak saya beri pengarahan dan motivasi. Ada anak saya sudah kelas 3 SMP saya tanya "nak mau jadi apa? Jadi seperti ayah kerja di pabrik. Jangan nak jangan. Kamu harus punya cita-cita, tau jadi apa selanjutnya. Masa depan kamu lebih panjang dari ayah, kamu masuk SMK ini/itu ayah dukung, ayah beri modal yang penting jangan jadi ayah. Meskipun ayah orang yang ndak punya ayah akan berusaha agar kamu mencapai cita-cita kamu dan memberi modal padamu."
Akhirnya anak saya dengan sendirinya bilang gini mbak "yah aku mau masuk kepolisian, iya ayah dukung".
Alhamdulillah, motivasi terbesar ada pada keluarga pak.
"iya mbak jadi jangan mudah pasrah, kalau mau bisa cari yang lain. Kakak-kakaknya juga memotivasi anak saya itu, kakaknya sudah masuk kepolisian dan satunya masih tes Angkatan Udara, tinggal anak saya ini harus lanjut. Ada ponakan saya juga beri pengarahan dan motivasi agar punya kerja yang ada masa depannya."
Begitu ya pak, ini resinya. Terima kasih.
"makasih mbak"
Sama-sama.
Terima kasih juga untuk sesi sharingnya, sallut dengan bapak, bersyukur yang punya bapak dapat memotivasi anak-anaknya. 😊
Begitulah sedikit cuplikan yang terjadi diantara admin dnegan customernya. Ambil pelajaran dari kisah perbincangan tersebut.
Selamat membaca.
"mbak rumahnya dimana?"
Di Surabaya, rungkut pak.
"lho iya ta mbak? Saya biasa menjemput ponakan disitu tapi sekarang sudah tidak karena sudah ada yang menjemputnya"
Gitu ya pak.
"mbak jaga sendirian?"
Ndak pak, disini ada dua shift pagi dan sore, saya sampai pukul 16.30 karena malamnya kuliah pak dan sebentar lagi waktunya pergantian.
"loh kuliah tingkat (semester) berapa mbak?"
Semester 7 pak
"wah sudah mau selesai ya mbak, sudah berapa lama mbak kerja disini?"
Dulu 1 tahun pak lalu ada jeda sedikit saya keluar lalu dapat 3 bulan masuk kembali disini.
"kerja di pabrik mbak?"
Ndak pak, pernah kerja di pabrik hanya 1-2 hari sudah keluar, paling lama di pabrik sendok 5 hari sudah ndak dilanjut kembali. Karena ndak betah kerja di situ.
"jangan mbak, kerja itu jangan pasrah, lulus SMK masuk pabrik, lulusan tinggi masuk pabrik. Hidup jangan pasrah harus punya tujuan, besok di sekolah ini, kerja ini, jadi ini. Anak-anak saya, saya gitukan mbak saya beri pengarahan dan motivasi. Ada anak saya sudah kelas 3 SMP saya tanya "nak mau jadi apa? Jadi seperti ayah kerja di pabrik. Jangan nak jangan. Kamu harus punya cita-cita, tau jadi apa selanjutnya. Masa depan kamu lebih panjang dari ayah, kamu masuk SMK ini/itu ayah dukung, ayah beri modal yang penting jangan jadi ayah. Meskipun ayah orang yang ndak punya ayah akan berusaha agar kamu mencapai cita-cita kamu dan memberi modal padamu."
Akhirnya anak saya dengan sendirinya bilang gini mbak "yah aku mau masuk kepolisian, iya ayah dukung".
Alhamdulillah, motivasi terbesar ada pada keluarga pak.
"iya mbak jadi jangan mudah pasrah, kalau mau bisa cari yang lain. Kakak-kakaknya juga memotivasi anak saya itu, kakaknya sudah masuk kepolisian dan satunya masih tes Angkatan Udara, tinggal anak saya ini harus lanjut. Ada ponakan saya juga beri pengarahan dan motivasi agar punya kerja yang ada masa depannya."
Begitu ya pak, ini resinya. Terima kasih.
"makasih mbak"
Sama-sama.
Terima kasih juga untuk sesi sharingnya, sallut dengan bapak, bersyukur yang punya bapak dapat memotivasi anak-anaknya. 😊
Begitulah sedikit cuplikan yang terjadi diantara admin dnegan customernya. Ambil pelajaran dari kisah perbincangan tersebut.
Selamat membaca.
Pahlawan Lingkungan
Malam itu Surabaya diguyur hujan deras, berkabut dan menusuk mata. Waktu sudah menunjukkan pukul 20.00 pertanda kuliah sudah selesai dan aku putuskan untuk pulang, mengendarai motor seorang diri dan menerjang hujan untuk pulang ke rumah.. Melewati sebuah gang dan disitu terlihat ada dua orang laki-laki sedang mengambil tempat sampah - dimasukkan ke dalam gerobak, mereka tidak memakai jas hujan ataupun pelindung apapun, mereka hujan-hujan mengambili sampah karena sudah menumpuk dan menimbulkan bau yang tak sedap, itulah tugas dan tanggung jawab seorang tukang sampah.
"kenapa ndak pakai jas hujan? apakah tidak punya atau tak sanggup membeli? memang upah tukamg sampah berapa? bukankah menjaga kesehatan juga penting disamping menjaga kebersihan kampung?" begitu gumamku.
Ketika mereka berhenti sejenak akupun permisi dengan mengutas senyum kepada mereka, memberi tanda bahwa aku menghargai dan sallut kepada mereka.
🌱 Memandang ke atas memang terasa enak dan nikmat namun pernahkah mencoba sekali saja melihat ke bawahmu?. Pekerjaan mereka memang kotor dan terkadang dipandang sebelah mata/kurang dipandang. Dengan gaji yang tak seberapa besar mereka melakukannya, menjalankan tugasnya sebagai pembersih lingkungan dan memenuhi kewajiban kepada warga untuk menjaga kebersihan.
Lalu bukankah seharusnya kita juga demikian? Sebagai generasi muda selanjutnya. 🌱
Lalu bukankah seharusnya kita juga demikian? Sebagai generasi muda selanjutnya. 🌱
Senin, 17 Desember 2018
Sanubari Kehidupan: Kawan Kecil
Aku bersyukur akan hadirnya dirimu
Aku beruntung mendapatimu mengiringi langkahku
Kamu..
Yang ada dari sejak masa anak-anak hingga kini
Selalu bersama dalam suka nan duka
Kuteringat ketika dulu kita bertengkar dan bermusuhan hanya karena masalah sepele, kata orang Jawa "ndak bolo-boloan" kalo udah baikan boloan lagi, dengan saling menempelkan kedua ibu jari dan digesekkan.
Lucu ya kalo diingat-ingat.. 😄
Terasa flashback kembali ke zaman dimana masih polos-polosnya dan lugu.
Ahh.. Masa anak-anak yang tak dapat diulang namun cukup dikenang dalam ingatan.
Terima kasih untukmu kawan kecil.
Jumat, 14 Desember 2018
Sanubari Kehidupan: Rindu
Malam ini berbisik padaku,
Ia berkata bahwa "Aku merindukanmu😢, merindukan kebersamaan bersamamu, merindu akan hadirnya dirimu bersamaku"
Izinkan aku untuk berlinang air mata mengenang saat-saat indah bersamamu
Aku yang merindukanmu
Hanya dapat memandangi foto-foto keceriaan kita yang sedang menikmati kesejukan di sana
Berlari dan menari bersama di bawah rintikan hujan
Ketika yang lain berteduh aku dan kamu menembus hujan seakan hujan bukanlah penghalang untuk menikmati pemandangan dan bersenang-senang, hujan adalah berkah dan terasa sangat nikmat.
- Salam Sanubari Rindu, Ros -
Langganan:
Postingan (Atom)