Sore itu . . .
Saat perjalanan
pulang ke kota asal (Surabaya), Aku menaiki len berwarna biru, berkodekan AMH.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhd20lC_64O8oyGLQbejVsi6w1BULCKuSW5bkCXL2yX2rf5Pon4xZSDawT4W2Z36LpkyHSLYxbdrhbTGFbsDtmVhLsaggbfUQbtJzKW0WPcuUxPOTP0BesO9VzF_mh6LrYAMayIURT0VnAq/s320/WhatsApp+Image+2018-07-13+at+12.33.25.jpeg)
“hati-hati nek, masuk ke
dalam, alon-alon (pelan-pelan).” Kata pak sopir.
Ketika sudah masuk dan duduk ku amati secara mendalam, Cukup membuatku terkejut melihat keadaan nenek itu yang jauh dari kata kesempurnaan fisik, yaa.. tidak ada jari-jemari pada
tangannya, hanya sebuah jempol dan seujung jari telunjuk. Hanya itu..
Berbeda denganku yang mempunyai tangan yang utuh, jari-jemari yang lengkap.
Berbeda denganku yang mempunyai tangan yang utuh, jari-jemari yang lengkap.
Astaghfirulloh.. masyaAllah..
dengan belanjaan dua kresek besar ia masih sanggup membawanya.
Oh.. Allah.. Ketika berbicara tak terlihat gigi di dalamnya. Namun masih lancar dalam berbicara dan bahasanya pun masih terdengar
jelas dan dapat dimengerti.
Akhirnya tibalah pada tujuanku di terminal
Arjosari, selanjutnya mencari bis Restu.
Setelah dapat dan duduk di dalamnya, pada setengah perjalanan ada
beberapa penjual asongan yang masuk, anak pengamen, seorang ibu yang bernyanyi
dengan senyum, dan ada satu yang membuatku begitu tersentuh. Yaitu seorang
bapak sedang memainkan gitarnya dan bernyanyi bahasa Inggris.
Mengapa? karena ia bernyanyi dengan tanpa gigi, yaa.. tanpa gigi dan seorang diri dengan gitarnya. Ia bernyanyi dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya, seakan cuek dengan apa kekurangannya. Menurutku, ia bernyanyi dengan tulus untuk menghibur para penumpang.
^ Yahh.. Itulah beragam wajah
kisah-kasih yang begitu banyak terjadi dalam dunia ini, bahkan terdapat di
sekitar kita. Sungguh malu rasanya, ketika aku yang masih jauh lebih muda dari
mereka mengeluh akan kerasnya kehidupan ini, mencari rejeki yang susah, malu
akan satu fisik yang berbeda. Sedangkan mereka masih dapat tersenyum ceria dan
bahkan menghibur kita (yang menikmatinya). Apalah tubuh ini jika hanya dapat
mengeluh dan mengeluh tanpa bangkit dan melangkah ke depan – lebih ke depan
hingga menuju titik cahaya kehidupan.
Mereka adalah wajah-wajah
masa depan, masa dimana yang akan kualami jua. ^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih untuk komentar yang baik dan bijak, semoga menginspirasi :)