Jumat, 13 Juli 2018

Wajah Kehidupan

Sore itu . . . 
Saat perjalanan pulang ke kota asal (Surabaya), Aku menaiki len berwarna biru, berkodekan AMH. 

Disepanjang perjalanan terlihat seorang nenek yang cukup tua renta dan tubuhnya membungkuk dengan membawa belanjaan dua kantong kresek. dibantu oleh bapak parkir untuk memanggil len dan kebetulan lenku lewat di depannya dan ia pun masuk ke dalam len yang aku tumpangi.

“hati-hati nek, masuk ke dalam, alon-alon (pelan-pelan).” Kata pak sopir.

Ketika sudah masuk dan duduk ku amati secara mendalam, Cukup membuatku terkejut melihat keadaan nenek itu yang jauh dari kata kesempurnaan fisik, yaa.. tidak ada jari-jemari pada tangannya, hanya sebuah jempol dan seujung jari telunjuk. Hanya itu.. 

Berbeda denganku yang mempunyai tangan yang utuh, jari-jemari yang lengkap. 

Astaghfirulloh.. masyaAllah.. dengan belanjaan dua kresek besar ia masih sanggup membawanya.
Oh.. Allah.. Ketika berbicara tak terlihat gigi di dalamnya. Namun masih lancar dalam berbicara dan bahasanya pun masih terdengar jelas dan dapat dimengerti.

Akhirnya tibalah pada tujuanku di terminal Arjosari, selanjutnya mencari bis Restu. 

Setelah dapat dan duduk di dalamnya, pada setengah perjalanan ada beberapa penjual asongan yang masuk, anak pengamen, seorang ibu yang bernyanyi dengan senyum, dan ada satu yang membuatku begitu tersentuh. Yaitu seorang bapak sedang memainkan gitarnya dan bernyanyi bahasa Inggris. 


Kau tau bagaimana suaranya? sungguh membuatku ingin tertawa haru karenanya.

Mengapa? karena ia bernyanyi dengan tanpa gigi, yaa.. tanpa gigi dan seorang diri dengan gitarnya. Ia bernyanyi dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya, seakan cuek dengan apa kekurangannya. Menurutku, ia bernyanyi dengan tulus untuk menghibur para penumpang.


^ Yahh.. Itulah beragam wajah kisah-kasih yang begitu banyak terjadi dalam dunia ini, bahkan terdapat di sekitar kita. Sungguh malu rasanya, ketika aku yang masih jauh lebih muda dari mereka mengeluh akan kerasnya kehidupan ini, mencari rejeki yang susah, malu akan satu fisik yang berbeda. Sedangkan mereka masih dapat tersenyum ceria dan bahkan menghibur kita (yang menikmatinya). Apalah tubuh ini jika hanya dapat mengeluh dan mengeluh tanpa bangkit dan melangkah ke depan – lebih ke depan hingga menuju titik cahaya kehidupan.
Mereka adalah wajah-wajah masa depan, masa dimana yang akan kualami jua. ^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih untuk komentar yang baik dan bijak, semoga menginspirasi :)