Terkisah dari seorang anak laki-laki, namanya Henry yang terlahir dari keluarga yang sangat sederhana.
Suatu hari aku melihatnya sedang asyik membaca seorang diri. Duduk di tempat duduk yang berlatar belakang taman dan berada di tengah kota. Begitu rindang nan sejuk dimata.
Seketika ada yang berjalan di depannya, seorang perempuan cantik dan tinggi. Henry pun menyapanya dengan ceria,
"Hay, namaku Henry kakak siapa dan mau kemana?"
(Sebut saja: Candy namanya, ia berhenti dan berdiri sambil bersandar tiang seperti sedang menunggu seseorang)
Dia hanya menoleh ke arah Henry sekilas dan tanpa menjawabnya
Henry pun mendekati kakak itu lalu bertanya lagi, "kak, namaku Henry, nama kakak siapa?"
Dia pun hanya menoleh ke kanan dan kiri seperti tak sadar ada memanggilnya. Lalu ia berkata,
"Kamu memanggilku?"
"Iya kak.."
"Tapi kamu melihatnya kearah lain dek"
Seketika itu Henry pun terdiam dan berpamitan pergi dengan rasa sedih dan tak suka dengan dirinya sendiri.
Ia pun duduk terdiam kembali seorang diri dipinggiran danau tenggelam dalam lamunan. Ia berkata,
"Kenapa? Kenapa seperti ini? Apa salahku? Kenapa berbeda? Dulu sering dibully, diejek bahkan seperti makhluk yang cacat dan terabaikan. Aku bisa menerima hal itu namun kini terjadi lagi ada yang berkata seperti itu dan membuat hal yang tidak enak terasa kembali. Ah semua terasa hampa tak ada satupun yang terasa."
Hanya emosi dan kegundahan rasa yang terlihat dari dirinya, seutas senyumpun tak terlukis dari wajahnya lucunya.
Mengumpat, teriakan, air mata yang cukup derasa semua tumpah darinya.
Tuhan pun memberinya sebuah hadiah kecil ke bumi berupa sebuah pelajaran kehidupan untuknya.
Ia berjalan dengan isak tangis yang masih terdengar darinya, sampai tak sadar ia melewati sebuah tempat dimana yang berisikan anak-anak luar biasa di dalamnya. Ada berbagai macam hal yang terlihat dan ia merasa bertambah sedih ketika melihatnya. Hanya diam dan mengamati.
Aku yang sedari tadi mengikutinya dari belakang menghampirinya, "Assalamualaikum adek"
"Waalaikumussalam, kakak siapa?"
"(Dengan tersenyum aku menjawabnya) namaku Eka, adek siapa dan kenapa bersedih?"
"Aku Henry kak.." (dia menunjuk ke arah tempat tersebut)
"Oh itu.. MasyaaAllah luar biasa mereka yang dapat menerima dan bersyukur atas apapun yang telah tercipta dalam diri ini."
"Kenapa begitu kak? Bukankah itu keburukan yang membuat diri menjadi malu dan dikucilkan?"
"(Menghela nafas dan tersenyum sembari menepuk bahu kanannya) Semua pasti mengalami hal itu bukan hanya mereka saj, orang normal pun merasakan hal yang sama. Bukankah Allah menciptakan kelebihan dan kekurangan dalam setiap makhluk? Dengan tjuan agar selalu memgingat Allah dan bersyukur atas hal kecil apapun itu. Mungkin beberapa orang tidak sadar akan kekurangan diri kita karena memang kepekaan setiap manusia berbeda tingkat kedalamannya dalam merespon. Tidak ada yang salah dan benar hanya saja ambil pelajaran dari hal yang tidak enak tersebut, untuk menjaga lisan dari perkataan yang dapat membuat teman kita menjadi tidak enak atau membuatnya sedih. Kekurangan fisik bukanlah suatu keburukan dalam diri melainkan keistimewaan untuk kehidupan. Adek coba lihat mereka, mereka tertawa bersama seperti tak ada beban atau apapun yang mereka terima. Bahkan ada yang lebih parah di bawah adek. Nah darisitu kita seharusnya lebih bersyukur menerima apapun yang ada dalam diri kita dan kehidupan kita. Kita sama."
(Saling memandang dan tersenyum).
🌱 Hmm.. Kadangkala dalam hidup mudah mengatakan apapun, bebas berekspesi dan melakukan apa yang diinginkan tanpa peduli atau berpkir akan perasaan orang lain. Seperti yang dialami oleh Henry. Iya.. Darinya aku menjadi lebih berhati-hati dalam berbicara, anak dalam prosesenuju remaja itu sudah merasakan hal seperti itu bagaimana jika beranjak dewasa? Hmm.. semoga mental baja sudah terbentuk dari dalam dirinya. Cuitan apapun tetap ada selama kehidupan masih berlangsung di bumi Allah ini. Akan berhenti jika bumi telah tiada.
Semoga bermanfaat. 🌱