Aku tak menyangka bisa sampai puncak Sumbing, gunung tertinggi ketiga di Jawa Tengah.
Awalnya aku ragu karena kondisi badan yang mulai menurun, kurang cukup makan dari malam hari dan baru makan secuil roti ketika turun dari puncak.Aku anak yang terbilang cukup lemah dalam hal fisik dan rentan ketika tubuh terkena suhu yang terlalu dingin, terasa kaku, pusing, dan bahkan ingin tidur saja tanpa melakukan aktivitas apapun.
Namun, karenanya yang menemani, memotivasi, dan bahkan sangat memaksa aku bisa sampai disini (di atas puncak sejati)
Ya.. Dia terus memaksaku dan menarik tanganku meskipun aku sudah melakukan segala cara apapun untuk berhenti.
"aku capek, aku tak sanggup lagi untuk berjalan"
"ayo.. semangat sebentar lagi puncak" (sambil menunjuk ke atas)
"oke aku bisa, sebentar istirahat dulu, haus"
"air minum ada di mas Di, di atas, ayo naik"
"kamu duluan saja aku berhenti disini!" (dengan nada kesal)
"tidak, banyak pendaki disini, yang ada kamu hilang dan tidak ketemu"
"jalannya hanya satu jalur kan? Aku bisa turun sendiri dan kembali ke pos 3, kalaupun tersesat ada Allah yang memberiku petunjuk"
"tidak, itu bukan tim. Tujuan dari sebuah tim bukan siapa duluan mencapai puncak melainkan tidak meninggalkan teman ketika di tengah perjalanan dan mencapai puncak bersama-sama"
@pendaki_tenang
Terima kasih untuk kalian semua yang telah membantuku dari awal hingga turun dari gunung dengan selamat dan utuh.
Cerita perjalanan ke Sumbing:
https://petikanlangkah.blogspot.com/2019/06/gunung-sumbing.html
🌱 Tidak ada yang mustahil selama masih ada semangat dalam diri, semua pasti bisa jika mau berusaha! Manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lain, saling bahu-membahu dalam visi dan misi yang sama bukan saling menjatuhkan.